Sebelum Lionel Messi jadi bintang utama Argentina, publik semula melihat Carlos Tevez sebagai penerus Diego Maradona di tim nasional. Bertubuh gempal, berasal dari Boca Juniors, Carlitos Tevez pun punya kemiripan dengan Maradona dalam hal kreativitas permainan dan kemampuan membuat gol-gol.
Carlitos pun beruntung bisa berada dalam satu tim nasional dengan Leo Messi di dua Piala Dunia, yakni 2006 di Jerman dan 2010 di Afrika Selatan. Tevez bahkan mengatur asistensi bagi Messi hingga La Pulga memperoleh gol perdananya di kejuaraan sepakbola internasional empat tahunan paling bergengsi.
Bersama Lionel Messi, Carlos Tevez pun menjadi anggota tim pada Piala Dunia 2010 sewaktu Diego Maradona menjabat pelatih tim nasional Argentina. Bagi El Apache (julukan Tevez), Maradona ialah contoh yang kemudian juga jadi fans penting dalam kariernya di tingkat negara dan klub Boca Juniors.
Sama memperkuat Boca Juniors sebagai kapten dan nomor 10 dalam generasi berbeda, Tevez dan Maradona ialah sejarah bagi Boca. Namun lebih dari sekadar senior yang inspiratif, bagi Carlitos, El Diego ialah merupakan fans abadi Boca yang menyemangati kiprahnya di arena sepakbola kelas atas.
Saat Maradona meninggal dunia pada 26 November 2020, Tevez berduka dan kehilangan sosok yang memotivasi ia untuk jadi pesepakbola. Namun kepergiaan El Diez tidak menghentikan Carlitos dari terus bermain dalam olahraga tercinta. Situasi baru berubah dua bulan setelah kematian Sang Kapten Besar.
Tak lama setelah kepergian Diego Maradona yang mengguncang Argentina, Carlos Tevez merasakan cobaan lebih berat. Ia kehilangan figur yang ia sebut sebagai “penggemar nomor satu”. Ayahnya, Segundo Raimundo Tevez, wafat pada Februari 2021 setelah berjuang melawan komplikasi Covid-19.
Kendati mendapat tawaran dari klub Amerika Serikat, pemain berusia 38 tahun mengaku ia tidak bisa lagi melanjutkan kariernya. “Tahun lalu, sangat sulit bagi saya untuk terus main, tapi saya masih bisa melihat orang tua. Kini saya berhenti main karena saya kehilangan penggemar nomor satu,” ucap Tevez.
Pengakuan Carlitos bahkan membuat reporter yang mewawacari ia tak bisa menahan air mata. Media tahu kisah mantan bintang Manchester United, Manchester City dan Juventus. Pria yang ia sebut “ayah” sebenarnya ialah orangtua angkat, suami dari Adriana Martinez, saudara perempuan ibu kandungnya.
Segundo Raimundo Tevez mewariskan nama keluarga untuk si kecil Carlitos yang semula bernama Carlos Alberto Martinez, sesuai dengan nama keluarga dari ibu kandungnya, Fabiana Martinez. Ia tidak pernah memakai nama keluarga ayah biologisnya, Juan Alberto Cabral, yang tidak mengakui keberadaannya.
Dengan panggilan Carlitos (Carlos Kecil), ia mulai memakai nama Tevez saat ia bergabung tim anak-anak Boca Juniors. Segundo Raimundo Tevez memutuskan untuk mengadopsi Carlos secara resmi karena klub pertamanya, All Boys, mempermasalahkan status si kecil yang belum memiliki akta kelahiran yang sah.
Carlos Tevez mengakhiri karier 20 tahun yang gemilang. Carlitos memulai dan menyudahi kiprah di Boca Juniors. Telah memenangi trofi di Brasil, Inggris, Italia, Cina, dan negara asalnya, El Apache juga memiliki 76 caps dengan 13 gol untuk Argentina, termasuk golnya semasa di Piala Dunia 2006 dan 2010.
Saat presenter program “Animales Sueltos” pada sebuat televisi Argentina bertanya sambil menangis tentang rencana Tevez sesudah pensiun, ia menjawab, “Saya sudah membuat keputusan untuk menjadi manajer tim sepakbola. Saya sudah siap sekarang. Saya sedang berlajar berkomunikasi dengan baik.”
“Saya tidak akan menerima pekerjaan dengan klub tertentu hanya untuk meminta pemain harus menang atau mengabarkan bahwa kita sedang dalam situasi sulit. Tapi saya harus memberi pemain kebutuhan untuk jadi pemenang,” tutup Carlos Tevez. (raw)
Load more