Berita Liga Inggris: Ogah Dibandingkan dengan Kevin De Bruyne, Reijnders Tegaskan Ingin Jadi Diri Sendiri di Manchester City
- Action Images via Reuters/Jason Cairnduff
Jakarta, tvOnenews.com - Tijjani Reijnders akhirnya angkat bicara soal perbedaan perannya setelah hijrah dari AC Milan ke Manchester City. Gelandang asal Belanda itu mengakui bahwa kontribusi golnya menurun, namun hal tersebut merupakan konsekuensi dari peran baru yang dijalani.
Musim 2024/2025 menjadi periode terbaik Reijnders selama berseragam AC Milan. Ia tampil konsisten, produktif, dan menjadi salah satu pemain kunci Rossoneri sebelum akhirnya dilepas ke Manchester City dengan nilai transfer fantastis.
City menebus Reijnders dengan biaya awal 57 juta euro yang berpotensi meningkat hingga lebih dari 70 juta euro melalui berbagai bonus. Angka tersebut menunjukkan betapa besar ekspektasi yang disematkan klub juara Inggris itu kepadanya.
Sejak bergabung dengan skuad asuhan Pep Guardiola, Reijnders langsung merasakan atmosfer kompetisi yang berbeda. Persaingan ketat di lini tengah membuatnya harus beradaptasi dengan tuntutan taktik yang lebih spesifik.
Hingga akhir Desember 2025, Reijnders telah mencatatkan 27 penampilan bersama Manchester City. Dari jumlah tersebut, ia membukukan sembilan kontribusi gol, angka yang solid namun belum menyamai catatan gemilangnya di Milan.
Di bawah Guardiola, Reijnders tidak selalu menjadi pilihan utama sejak menit pertama. Situasi ini memunculkan perdebatan mengenai posisi terbaiknya dalam sistem permainan City yang sarat dengan gelandang berkualitas dunia.
Dalam wawancara dengan De Telegraaf, Reijnders membandingkan perannya di Inggris dan Italia dengan jujur. Ia menegaskan bahwa penurunan jumlah gol bukan berarti penurunan kualitas, melainkan perubahan fungsi di lapangan.
Reijnders sempat mendapat label sebagai “De Bruyne baru” setelah tampil impresif di laga debutnya. Namun, ia memilih bersikap realistis dan menolak larut dalam perbandingan yang menurutnya berlebihan.
Ia menilai Kevin De Bruyne adalah pemain dengan karakter dan kualitas unik. Reijnders menegaskan bahwa dirinya memiliki gaya bermain berbeda yang tidak bisa disamakan begitu saja.
Menurut Reijnders, Manchester City sejak awal sudah menjelaskan peran yang diharapkan darinya. Ia juga menanamkan pemahaman itu pada dirinya sendiri agar tidak terbebani ekspektasi yang keliru.
Sebagai pemain, Reijnders melihat dirinya sebagai gelandang komplet dengan kecenderungan bermain sebagai nomor delapan. Peran tersebut menuntutnya aktif dalam bertahan, membangun serangan, dan terlibat di fase akhir permainan.
Di AC Milan, kebebasan bergerak membuatnya lebih sering masuk ke kotak penalti lawan. Hal itu menjelaskan mengapa ia mampu mencetak hingga 15 gol dalam satu musim Serie A.
Di Manchester City, skema permainan lebih terstruktur dan menuntut disiplin posisi yang tinggi. Reijnders lebih sering berperan sebagai penghubung antar lini ketimbang menjadi finisher utama.
Meski demikian, ia merasa tetap berada di jalur yang benar. Reijnders mengungkapkan bahwa dirinya masih sering menemukan posisi ideal untuk mencetak gol, hanya saja penyelesaian akhir belum selalu berbuah hasil.
Bagi Reijnders, proses adaptasi adalah bagian penting dari karier di level tertinggi. Bermain di Premier League bersama Manchester City menjadi tantangan besar yang justru memacu perkembangan dirinya.
Ia menyadari bahwa kesabaran dan konsistensi menjadi kunci untuk mengamankan tempat reguler. Dengan usia yang masih matang dan pengalaman di dua liga top Eropa, peluang Reijnders untuk terus bersinar tetap terbuka lebar.
Perbedaan peran mungkin membuat statistik golnya menurun, namun kontribusinya di lapangan tetap signifikan. Reijnders kini membuktikan bahwa dirinya bukan sekadar pencetak gol, melainkan bagian penting dari mesin permainan Manchester City.
(sub)
Load more