Sleman, DI Yogyakarta - Publik sepakbola Indonesia harus mengakui bahwa Brigata Curva Sud (BCS) bukanlah suporter biasa. Mereka secara total mencurahkan waktu, tenaga bahkan pikiran untuk tim kebanggaannya, PSS Sleman.
“Memberikan apa yang mampu kami berikan, melakukan apa yang mampu kami lakukan. Sesederhana itu. Tidak mudah memang, tapi bukan berarti kami tidak bisa. Kalimat itu seringkali muncul, di tengah-tengah keputusasaan kami, di sela-sela kelelahan kami, di setiap masalah-masalah dan kebosanan yang kami hadapi.” dikutip dari laman resmi BCSxPSS.
Bahkan mereka bisa mengumpulkan pundi-pundi rupiah melalui hasil royalti penjualan merchandise yang mereka bentuk sendiri.
Seperti yang dijelaskan dalam laman resmi mereka, “Tidak ada 1 rupiah pun yang diberikan oleh manajemen sebagai modal usaha, menjadi sebuah tantangan untuk kami bagaimana kami bisa terus berkembang dan mempertahankan apa yang menjadi idealisme kami.”
Sudah bukan rahasia lagi jika sebagian besar klub Indonesia masih menggantungkan 'nyawa' mereka kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Namun telah ada Permendagri No. 22 tahun 2011 melarang penggunaan APBD untuk mensubsidi klub-klub Indonesia yang berstatus profesional.
Ketika klub sepak bola tidak lagi mampu didanai oleh APBD, maka manajemen klub harus pandai-pandai dalam mempertahankan eksistensi klubnya di Liga Indonesia. Hal itu bisa dilakukan dengan mencari sponsor untuk biaya operasional dan juga menggaji pemain, pelatih dan official.
Load more