Setia itu Mahal! Inilah 5 Pemain Indonesia yang Sepanjang Karier Membela Satu Klub, Nomor 3 Paling Menyentuh
- Instagram @adam62663
tvOnenews.com - Tidak semua pesepak bola tergoda berpindah klub demi popularitas atau kontrak besar. Sebagian memilih setia, tumbuh, dan menua bersama satu tim.
Di Indonesia, hanya segelintir nama yang mampu menjaga komitmen tersebut hingga akhir atau mendekati akhir karier mereka.
Berikut 5 pemain Indonesia yang dikenal sebagai “one man club”, figur langka yang namanya tak terpisahkan dari klub yang mereka bela.
1. Hartono – Persebaya Surabaya (1990–2001)
- Omah Balbalan
Nama Hartono tak bisa dilepaskan dari sejarah Persebaya Surabaya era 1990-an.
Bek sayap kanan kelahiran 18 Maret 1970 ini membela Bajul Ijo sejak 1990 hingga pensiun pada 2001, tanpa pernah berseragam klub lain.
Selama lebih dari satu dekade, Hartono menjadi bagian penting dari kejayaan Persebaya.
Ia ikut mengantar klub Kota Pahlawan menjuarai Piala Utama 1990 dan Liga Kansas 1996–1997. Hingga kini, Hartono tercatat sebagai satu-satunya pemain Persebaya yang benar-benar berstatus one man club.
2. Dadang Hidayat – Persib Bandung (1994–2005)
- Instagram @adam62663
Dadang Hidayat, atau yang akrab disapa Dahi, datang ke Persib Bandung saat klub kebanggaan Bobotoh tengah melewati masa transisi, bukan era keemasan.
Kesempatan bermain reguler baru ia rasakan pada musim 1998, setelah Robby Darwis hengkang ke Persikab Kabupaten Bandung.
Dadang tetap bertahan ketika Persib menghadapi musim terberat pada 2003, saat Maung Bandung nyaris terdegradasi.
Loyalitasnya teruji hingga akhirnya ia memutuskan pensiun pada 2005, tetap sebagai pemain Persib.
3. Choirul Huda – Persela Lamongan (1999–2017)
- ANTARA
Choirul Huda adalah simbol sejati Persela Lamongan. Kiper yang dikenal dengan sapaan Cak Huda ini menjadi saksi perjalanan Laskar Joko Tingkir dari Divisi II hingga bertahan di kasta tertinggi sepak bola Indonesia.
Kesetiaannya berakhir dengan kisah paling mengharukan.
Cak Huda meninggal dunia saat menjalani pertandingan bersama Persela akibat benturan dengan rekan setimnya, Ramon Rodrigues.
Ia pergi di lapangan, membela satu-satunya klub yang dicintainya—sebuah loyalitas yang abadi dalam sejarah sepak bola Indonesia.
4. Dendi Santoso – Arema FC (2008–sekarang)
- Twitter/ @Liga1Match
Dendi Santoso adalah wajah Arema FC selama lebih dari satu dekade.
Arek Malang asli ini memulai karier profesional bersama Singo Edan pada musim 2008/2009 dan tetap bertahan hingga sekarang.
Ia turut merasakan gelar juara Liga Indonesia hanya dua musim setelah debut.
Dengan lebih dari 100 penampilan, Dendi bukan hanya pemain senior, tetapi juga figur panutan di ruang ganti Arema, menunjukkan bahwa loyalitas masih bisa hidup di sepak bola modern.
5. Rasyid Bakri – PSM Makassar (2011–sekarang)
- Antara
Rasyid Bakri telah menjadi bagian tak terpisahkan dari PSM Makassar selama lebih dari satu dekade. Pemain asal Gowa ini konsisten menjadi pilar lini tengah Juku Eja sejak 2011.
Hingga musim ini, Rasyid masih dipercaya tampil reguler dan kontribusinya kerap menjadi faktor penting dalam permainan PSM.
Di tengah derasnya arus transfer, kesetiaan Rasyid menjadi contoh nyata komitmen pemain lokal terhadap klub daerahnya.
Kelima nama di atas membuktikan bahwa loyalitas masih memiliki tempat di sepak bola Indonesia, meski jumlahnya semakin sedikit.
Mereka bukan hanya pemain, tetapi simbol identitas klub, pengikat emosi suporter, dan bukti bahwa karier panjang di satu tim masih mungkin terwujud. (asl)
Load more