Masih Ingat Yudi Guntara? Legenda Persib Bandung yang Pernah Terpaksa Gabung Persija Jakarta
- Media Persib
tvOnenews.com - Bukan rahasia lagi jika Persib Bandung sering kali melahirkan pemain-pemain top Indonesia.
Dari banyaknya nama, Yudi Guntara menjadi salah satu sosok legenda yang selalu dikenang Bobotoh.
Persib Bandung Yudi Guntara adalah salah satu gelandang serang terbaik yang pernah dimiliki Persib Bandung.
Ia dikenal memiliki visi bermain tajam, kemampuan mengalirkan umpan yang presisi, serta insting mencetak gol yang tidak dimiliki banyak gelandang Indonesia pada zamannya.
Namun di balik perjalanan karier yang cemerlang, ada kisah pahit yang membuatnya harus gantung sepatu lebih cepat dari yang seharusnya.
Simak cerita lengkapnya di bawah ini.
Awal Karier: Dari Lembang Menuju Level Nasional
Lahir dan tumbuh di Lembang, Yudi mulai bermain sepak bola bersama SSB Elang Putih (Elput) sebelum kemudian berkembang bersama Putra Priangan.
Bakatnya tidak membutuhkan waktu lama untuk menarik perhatian.
Saat membela Jawa Barat di kejuaraan nasional antarpelajar, Yudi mendapat kesempatan bergabung dengan Diklat Salatiga, lalu melangkah ke Diklat Ragunan.
Di masa itu, Yudi sudah merasakan atmosfer kompetisi internasional.
Ia tampil di berbagai turnamen luar negeri bersama tim pelajar dan timnas junior Indonesia.
Bahkan pada 1986, ia mendapat kesempatan menjalani pemusatan latihan di Jerman, pengalaman berharga yang membuat kualitasnya terasah lebih cepat dibanding pemain seusianya.
Setelah menyelesaikan masa Diklat Ragunan pada 1987, Yudi sebenarnya hampir bergabung dengan Pelita Jaya, salah satu klub Galatama paling prestisius.
Ia bahkan sudah menandatangani kontrak bersama rekan-rekan setimnya di Ragunan seperti I Made Pasek Wijaya, Bonggo Pribadi, dan Akexander Saununu. Namun sang ayah tidak memberikan restu.
“Tapi, saya akhirnya putuskan tak jadi ke Pelita Jaya karena ayah tak setuju. Beliau ingin saya meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Artinya, kalau ingin main sepak bola dan kuliah secara bersamaan harus main di tim Perserikatan,” kenang Yudi Guntara, dikutip dari kanal YouTube Bobotoh TV.
Menjadi Pemain Termuda Persib
- Instagram @yudiguntara5
Status Yudi sebagai pemain jebolan Diklat Ragunan membuat Persib Bandung tak ragu menerimanya.
Dalam usia 17 tahun, pelatih Dede Rusli memasukkannya ke skuad senior yang berisi deretan nama besar seperti Robby Darwis, Ajat Sudrajat, Iwan Sunarya, dan Adeng Hudaya.
“Saya menjadi pemain termuda di Persib. Bangga rasanya bisa bermain bersama pemain senior yang dulunya hanya bisa disaksikan di televisi atau radio,” kata Yudi.
Yudi langsung dipercaya tampil di sejumlah laga uji tanding, termasuk laga melawan PSV Eindhoven yang diperkuat Ruud Gullit pada 11 Juni 1987 di Stadion Siliwangi.
“Persib memang kalah telak enam gol tanpa balas. Tapi secara pribadi saya bangga bisa berada satu lapangan dengan Gullit,” ujarnya.
Namun perjalanan Yudi bersama Persib di kompetisi resmi belum bisa dimulai.
Hijrah Sementara ke Persija Demi Pendidikan
Keinginan Yudi untuk tetap membela Persib sambil kuliah terbentur kendala.
Ketika ia meminta bantuan beasiswa kepada manajemen Persib, tidak ada respon yang ia harapkan.
Di saat bersamaan, STIE Perbanas Jakarta menawarkan beasiswa penuh, dan kampus tersebut saat itu memiliki keterkaitan erat dengan Persija.
Mau tidak mau, Yudi harus membela Macan Kemayoran pada Kompetisi Perserikatan 1989/1990.
Menariknya, ia sama sekali tidak menerima gaji atau kontrak dari Persija.
Keistimewaan terbesar yang ia dapat hanyalah kesempatan menyelesaikan kuliah secara gratis.
“Perasaan saya campur aduk bila Persija menghadapi Persib. Apalagi kala bertanding di Stadion Siliwangi dan mendengar teriakan dari bobotoh,” ungkap Yudi.
Di Persija, Yudi tampil memukau dan membawa klub tersebut finis di posisi keempat musim itu.
Kembali ke Bandung dan Meraih Masa Keemasan
Setelah meraih gelar sarjana ekonomi, Yudi kembali ke Bandung dan langsung dipanggil Persib. Inilah awal dari perjalanan emasnya di Maung Bandung.
Ia menjadi gelandang utama dan mencatat dua pencapaian paling prestisius dalam sejarah klub:
- Juara Perserikatan 1993/1994
- Juara Liga Indonesia 1994/1995
Kombinasi visi bermain, kreativitas, dan naluri gol membuat Yudi menjadi salah satu pemain paling berpengaruh di Persib.
Penampilannya bahkan mendapat pujian dari nama-nama besar sepak bola dunia.
Pelatih legendaris Rinus Michels memuji performa Yudi ketika menyaksikan Persib mengalahkan Persiraja Banda Aceh 4-0 di Stadion Siliwangi.
Fabio Capello pun memberikan apresiasi serupa ketika AC Milan menggilas Persib 8-0 pada 1993.
Menurut Capello, Yudi adalah salah satu pemain Persib yang paling menyulitkan timnya.
Capello menyebut Yudi memiliki pergerakan eksplosif dan beberapa kali mampu lolos dari penjagaan pemain Milan.
Pujian ini menjadi salah satu momen paling tak terlupakan dalam kariernya.
Cedera Lutut yang Merenggut Karier di Usia 28 Tahun
Sayangnya, masa kejayaan Yudi tidak berlangsung lama.
Sejak 1996, cedera lutut mulai sering kambuh. Rasa ngilu membuatnya hanya mampu bermain selama 45 menit dalam setiap pertandingan.
Menurut Yudi, cedera itu bukan akibat benturan, tetapi efek jangka panjang dari latihan intensif sejak usia dini.
“Sejak usia 13 tahun saya sudah menjalani latihan intensif pagi dan sore dan tidak sesuai porsi untuk usia saya… bantalan lutut saya terkikis,” ungkapnya.
Pada 1999, ketika usianya baru memasuki 28 tahun Yudi terpaksa gantung sepatu lebih cepat dari yang seharusnya.
Kehidupan Setelah Pensiun
Berbekal gelar sarjana ekonomi, Yudi melanjutkan karier sebagai bankir di Bandung.
Meski tidak lagi bermain secara profesional, ia tetap menjaga silaturahmi dengan mantan rekan setim.
“Sesekali saya menyempatkan diri memenuhi ajakan eks pemain Persib untuk bermain bersama sekaligus menjaga silaturahmi,” tuturnya.
Yudi Guntara adalah salah satu talenta terbaik yang pernah lahir di tubuh Persib dan sepak bola Indonesia.
Ia bersinar terang, mendapat pujian dari legenda dunia, namun harus merelakan kariernya padam terlalu cepat.
(tsy)
Load more