‘Kamisan’ Kembali Bergema! Rakyat Malang Tuntut Keadilan 1.000 Hari Tragedi Kanjuruhan
- ANTARA
Jakarta, tvOnenews.com - Suasana haru menyelimuti Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Kamis (26/6/2025), saat para pemain, ofisial, dan manajemen Arema FC menggelar doa bersama untuk mengenang 135 korban jiwa dalam Tragedi Kanjuruhan.
Acara ini juga menjadi bagian dari peringatan "1.000 Hari" sejak peristiwa memilukan itu terjadi pada 1 Oktober 2022.
“Inti dari pembacaan doa ini adalah untuk mendoakan (korban) saat tragedi kemarin,” ujar General Manager Arema FC, Yusrinal Fitriandi, seusai kegiatan.
Doa bersama digelar selepas sesi latihan sore Arema FC. Para pemain—termasuk pemain asing seperti kiper Lucas Frigeri dan bek Thales Lira—tampak larut dalam prosesi penuh khidmat tersebut.
Kegiatan ini juga diikuti oleh perwakilan Presidium Aremania Utas serta jajaran manajemen klub berjuluk Singo Edan itu.
Tragedi Kanjuruhan menjadi titik kelam dalam sejarah sepak bola Indonesia. Kerusuhan pecah usai pertandingan Liga 1 antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya.
Gas air mata yang ditembakkan ke tribun penonton menyebabkan kepanikan massal, yang akhirnya merenggut nyawa 135 orang, sebagian besar di antaranya adalah suporter Arema FC.
Peristiwa ini menyita perhatian luas, baik dari federasi nasional seperti PSSI, pemerintah pusat dan daerah, hingga komunitas sepak bola dunia.
Solidaritas mengalir melalui berbagai kanal, dari pernyataan resmi klub-klub luar negeri hingga tagar-tagar simpati yang membanjiri media sosial.
Peringatan 1.000 hari ini sekaligus bertepatan dengan malam satu Suro dalam penanggalan Jawa.
“Ada bacaan doa akhir dan awal tahun yang kami panjatkan,” kata Yusrinal, merujuk pada tradisi suroan yang secara spiritual juga menjadi momentum perenungan.
Sementara itu, di Kota Malang, masyarakat juga memperingati 1.000 hari Tragedi Kanjuruhan melalui aksi damai bertajuk “Kamisan”.
Aksi ini berlangsung di depan Balai Kota Malang dengan nuansa hitam sebagai simbol duka dan perlawanan. Sejumlah peserta membawa spanduk dan poster bertuliskan jumlah korban serta seruan keadilan.
Doa dan aksi damai ini menjadi pengingat bahwa luka Tragedi Kanjuruhan belum sepenuhnya sembuh.
Lebih dari sekadar mengenang, masyarakat terus mendorong agar penuntasan kasus dilakukan secara transparan dan berkeadilan sesuai mekanisme hukum yang berlaku.(ant/lgn)
Load more