Liga Super Malaysia Turunkan 15 Pemain Asing, 2 Pelatih yang Hijrah ke Indonesia Bandingkan Kompetisi Dua Negara Ini
- Persib
Jakarta, tvOnenews.com - Liga Super Malaysia memperkenalkan regulasi terbaru dengan klub dapat mendaftarkan sampai 15 pemain asing.
Dari 15 pemain asing tersebut, tim hanya bisa menurunkan sembilan pemain di setiap pertandingan dengan tujuh di lapangan dan dua di bangku cadangan.
Dilansir dari laman Stadion Astro, klub pun harus memenuhi aturan dengan empat pemain asing bebas, satu pemain Asia dan dua pemain ASEAN.
Liga Super Malaysia pun ketambahan tim baru dengan hadirnya klub asal Brunei Darussalam, DPMM FC dalam kompetisi.
Perubahan jumlah pemain asing ini adalah untuk memenuhi regulasi AFC dimana klub dapat bersaing di kompetisi Asia dari mulai AFC Champions League Elite, AFC Champions League Two, dan AFC Challenge League.
Selain itu, tim-tim Malaysia pun dipersiapkan utnuk tampil di kompetisi ASEAN.
Pada momen yang sama, operator Liga 1, Liga Indonesia Baru mewacanakan penambahan jumlah pemain asing sebanyak 11 pemain.
Jika regulasi akan disahkan oleh PSSI, maka regulasi pemain asing diterapkan di musim depan.
Tujuan LIB menambah pemain asing ini pun sama seperti tujuan Liga Super Malaysia, agar Indonesia dapat bersaing di kancah Asia.
Jauh sebelum perubahan regulasi tersebut, ada dua pelatih yang pernah ikut berpartisipasi di Liga Super Malaysia, pelatih Persib Bojan Hodak dan pelatih Persis Solo Ong Kim Swee.
Setelah bergabung dengan Persib pada musim 2023-2024, Bojan Hodak pun mampu meraih dua gelar beruntun dengan memecahkan rekor juara back to back Liga 1.
Ternyata, Bojan Hodak punya jawaban sendiri ketika ditanya soal perbedaan meraih gelar juara di Malaysia dan Indonesia.
Di balik dominasi Johor Darul Tazim di Liga Super Malaysia, ada Bojan Hodak yang mampu membawa gelar juara Piala Malaysia 2021 lalu.
"Sekarang Liga Super Malaysia hanya ada satu tim yang dominan, jadi sekarang ini perbedaan yang penting, tapi perbedaan terbesar adalah pada jarak," kata Bojan Hodak.
Bojan mengakui bahwa Indonesia punya wilayah yang jauh lebih besar dibandingkan Malaysia.
Saat menjalani laga tandang, tim bahkan harus melalui perjalanan sampai 10 jam sehingga harus berangkat dua hari sebelum pertandingan.
"Itu sangat melelahkan dan anda tidak punya banyak waktu untuk pemulihan, kadang anda tak punya waktu untuk melakukan latihan taktik karena perjalanan, jadi itu perbedaan besar dengan Liga Malaysia dan Indonesia," katanya.
Berbeda dari Liga Super Malaysia yang punya dominasi JDT, Bojan Hodak bersyukur persaingan di Liga Indonesia lebih ketat.
"Kalau soal itu anda bisa lihat bahwa disini, tim papan tengah bisa mengalahkan tim papan atas, jadi ini lebih menarik dan kompetitif," katanya.
"Di Malaysia, semau kekuatan terkumpul di satu tim, jadi mungkin itu juga alasan kenapa orang-orang mulai kehilangan minat terhadap liga di sana," katanya.
Di sisi lain, Ong Kim Swee punya pendapat sendiri soal jumlah tim yang berpengaruh pada konsistensi tim.
"Kalau di Malaysia, hanya melibatkan 12-13 tim, disini sampai 18 tim dan akhirnya jumlah pertandingan begitu banyak," kata Ong Kim Swee.
"Dengan banyak pertandingan, tentu harus konsisten, dan kita ingin jadi tim yang kuat konsisten adalah kunci," ucap mantan pelatih Sabah FC ini.
Dia pun mengakui kunci meraih gelar juara di Liga Indonesia adalah konsisten di seluruh pertandingan.
"Tentu kita harus bersaing dengan semua tim yang ada di papan bawah dan di papan atas," tutupnya.
Load more