Jakarta, tvOnenews.com - Tepat pada hari ini, 1 Oktober 2024, dua tahun sudah yang berlalu setelah tragedi Kanjuruhan, momen terkelam dalam sepak bola Indonesia.
Pada 1 Oktober 2022, Arema FC menjamu Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Malang untuk laga lanjutan Liga 1 2022/2023 silam.
Laga itu berakhir dengan skor 3-2 untuk kemenangan tim tamu, Persebaya Surabaya, yang sebenarnya berlangsung aman.
Dua gol Abel Camara untuk Arema dibalas oleh Silvio Rodrigues, Leo Lelis, dan Sho Yamamoto pada laga tersebut.
Kericuhan pecah setelah pertandingan karena sekitar 3000 pendukung Arema alias Aremania masuk ke lapangan.
Polisi merespons dengan melontarkan sejumlah gas air mata yang semakin membuat ricuh kerumunan karena kesulitan untuk keluar.
Setidaknya, 40 peluru gas air mata dilontarkan ke arah kerumunan dalam waktu 10 menit, menurut laporan dari The Washington Post.
Sebagai informasi, menurut peraturan FIFA, gas air mata tidak boleh digunakan di stadion oleh petugas steward atau pun polisi.
Jumlah korban jiwa berseliweran di media sosial dan berbagai sumber, dan pada 5 Oktober 2024, Kepolisian mengonfirmasi 131 orang menjadi korban dalam tragedi ini.
Namun, jumlah kematian yang dilaporkan menjadi 133 oleh Posko Pusat Krisis Postmortem yang didirikan oleh Kabupaten Malang.
Pada akhirnya, pada 24 Oktober 2022, korban jiwa yang terkonfirmasi akibat tragedi Kanjuruhan adalah 135 orang.
Tragedi kanjuruhan menjadi bencana sepak bola paling mematikan kedua di dunia setelah bencana di Estadio Nacional, Peru, yang memakan korban jiwa sebanyak 328 orang pada 1964 silam.
Sesudah tragedi, Presiden Joko Widodo hingga Presiden FIFA Gianni Infantino membahas isu ini, dan memutuskan untuk menonaktifkan Stadion Kanjuruhan, membongkarnya dan membangun kembali agar sesuai dengan standar FIFA.
Sebanyak enam orang didakwa karena tragedi ini, termasuk di antaranya Ahmad Hadian Lukita yang pada saat itu menjabat sebagai Direktur Utama PT Liga Indonesia Baru (LIB) selaku operator liga.
Namun, pada 23 Desember 2022, Ahmad Hadian Lukita dibebaskan karena berkas perkara tidak lengkap, selagi Abdul haris selaku Ketua Panpel Arema FC dihukum setahun enam bulan.
Dari keenam terdakwa tersebut, hanya tiga di antaranya yang dihukum dengan kisaran setahun hingga setahun enam bulan.
Kini, pada 1 Oktober 2024, Arema FC masih menjadi tim musafir tanpa kandang yang tetap.
Tim tandang masih dilarang untuk didukung langsung oleh para suporternya. Namun, apakah sepak bola Indonesia menjadi lebih baik?
Sepak bola Indonesia masih diliputi oleh kericuhan. Baru dua pekan lalu, laga Persib Bandung dan Persija Jakarta berakhir dengan kerusuhan.
Pertandingan yang berlangsung di Stadion Si Jalak Harupat, Bandung berakhir dengan skor 2-0 untuk kemenangan Persib berkat gol-gol dari Dimas Drajad dan Ryan Kurnia.
Namun, kericuhan pecah seusai laga antara para suporter Persib, Bobotoh, terhadap steward yang bertugas di pinggir lapangan.
PT LIB pun melakukan penyelidikan terhadap kasus ini, dan Ferry Paulus selaku Dirut mengindikasikan kemungkinan adanya sanksi.
Namun, hal itu, menurutnya, hanya bisa diberikan oleh Komisi Disiplin PSSI, bukan melalui pihaknya.
“Saya pikir kita akan tunggu apa yang akan dilakukan oleh Komdis, yang pasti kejadian ini jadi pembelajaran buat liga,” kata Ferry pada Jumat (27/9/2024) lalu.
Sanksi yang bisa diberikan bisa jadi adalah hukuman pengurangan poin, namun sekali lagi, Ferry menyerahkannya kepada Komids.
“Dalam kasus ini, ini adalah kasus yang ranahnya bukan ranah kami,” tukasnya. (rda)
Load more