Indonesia: Dari Penonton Menjadi Penjaga Perdamaian Dunia
- Istimewa
tvOnenews.com-Kehadiran Indonesia dalam Emergency Summit for Gaza Peace Implementation bukan sekadar simbol solidaritas, melainkan bukti konkret bahwa Indonesia telah menjelma menjadi kekuatan yang diperhitungkan dalam percaturan geopolitik global. Dalam forum tersebut, Indonesia tampil bukan sebagai pengamat, tetapi sebagai penggerak moral dan diplomatik yang membawa pesan kemanusiaan universal: bahwa penjajahan dan kekerasan atas rakyat sipil tidak dapat dibenarkan dalam bentuk apa pun.
Langkah ini mempertegas posisi Indonesia sebagai middle power — kekuatan menengah yang memainkan peran strategis di tengah dunia yang kian terpolarisasi. Indonesia kini berdiri di barisan depan untuk membangun jembatan antara kekuatan besar dunia dan negara-negara berkembang yang mendambakan perdamaian sejati.
Diplomasi yang Berakar pada Nurani
Indonesia adalah bangsa yang lahir dari penderitaan dan perjuangan panjang melawan penjajahan. Karena itu, kepedulian terhadap penderitaan rakyat Palestina bukanlah politik pencitraan, melainkan panggilan sejarah dan nurani kebangsaan.
Sejak era Soekarno, diplomasi Indonesia berakar pada prinsip bebas dan aktif — menolak dominasi blok mana pun, namun aktif memajukan perdamaian dan keadilan global. Kini, di bawah tatanan geopolitik yang kompleks, prinsip itu berevolusi menjadi diplomasi progresif dan berkeadilan, yang tidak hanya mengutuk kekerasan, tetapi berani menjadi inisiator solusi.
Kehadiran Presiden Indonesia dalam Emergency Summit tersebut adalah pernyataan tegas kepada dunia: Indonesia tidak diam. Kita tidak menunggu perdamaian datang; kita menjemputnya dengan keberanian moral dan komitmen kemanusiaan.
Kekuatan Militer untuk Perdamaian
Komitmen Indonesia untuk menempatkan pasukan perdamaian dalam jumlah besar menandai era baru dalam sejarah militer kita. Hingga 2025, lebih dari 3.000 personel TNI telah terlibat dalam berbagai misi perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa di Lebanon (UNIFIL), Republik Demokratik Kongo (MONUSCO), Sudan Selatan (UNMISS), dan Republik Afrika Tengah (MINUSCA).
Dengan kontribusi tersebut, Indonesia kini menjadi salah satu dari sepuluh negara pengirim pasukan perdamaian terbesar di dunia dan terbesar di Asia Tenggara. Langkah ini menunjukkan bahwa kekuatan militer Indonesia bukan alat ekspansi, tetapi instrumen kemanusiaan dan stabilitas global.
Load more