Biodiversitas dan Spiritualitas Menjawab Krisis Iklim (Bagian 1)
- Istimewa
Oleh Dr. Fachruddin M. Mangunjaya,
Dekan Fakultas Biologi dan Pertanian Universitas Nasional (UNAS)
Ketika Nabi Nuh as. sudah mempersiapkan kapal yang dikenal dengan Kapal Nuh (Noah Ark), kemudian beliau mendapat wahyu dari Tuhan yang memerintahkan, supaya Nuh mencari pula binatang dan tumbuh tumbuhan, dengan mengambil sepasang sepasang untuk dibawa dan diselamatkan.
Entah kapan Bahtera Nuh tersebut ada, tetapi kitab-kitab wahyu (Taurat, Injil an al Qur’an) mencatat dan mengabarkan kepada kita tentang peristiwa Nuh as dan kapal besarnya.
Pentingnya lagi bahwa kejadian itu menggambarkan kaitan penting kehidupan lain –binatang liar dan tumbuhan—yang disebut sekarang sebagai konservasi biodiversitas (keanekaragaman hayati) atau flora dan fauna untuk penerus kehidupan.

- Istimewa
Dalam konteks biodiversitas, maka peristiwa Nuh mengkoneksikan kita pada spiritualitas, bahwa keberadaan makhluk lain adalah penting dan menyambungkan manusia pada kekuatan transenden.
Spiritualitas, dalah hal ini didefinisikan sebagai rasa keterhubungan dengan sesuatu yang lebih besar dari diri sendiri, pencarian makna hidup, dan pengalaman transenden. Demikianlah keyakinan kita bahwa keberadaan manusia tidak lengkap, maka ada ciptaan lainya, dan bahkan yang lebih besar dari sekedar penciptaan manusia itu sendiri.
Maka, hadirnya hutan-hutan Indonesia yang dulu membentang hijau dari Aceh hingga Papua, dan flora dan fauna seperti, orangutan, burung rangkong, dari semut hingga gajah, sudah pasti kehadiran mereka mempunyai makna masing dan fungsi masing.
Dalam makna ekologis, ekosistem yang dimainkan, contohnya orangutan, rangkong (burung enggang), dan kelelawar sangat penting dalam mendukung jasa ekosistem, khususnya dalam hal penyebaran biji (seed dispersal) dan penyerbukan (pollination).
Ketiganya disebut satwa kunci (keystone species) yang membantu regenerasi hutan tropis melalui interaksi mereka dengan tumbuhan. Orangutan (Pongo spp.), merupakan penyebar biji utama (seed disperser), terutama untuk buah-buahan berdaging tebal yang tidak dapat disebarkan oleh angin atau hewan kecil.
Dengan kegiatannya sehari hari hampir lebih 90 persen hidupnya di atas pepohonan, maka mereka membantu persebaran biji dalam jarak jauh (hingga beberapa kilometer).
Load more