Bagi masyarakat yang merantau, tradisi pulang kampung saat Lebaran sering kali diwarnai dengan tekanan sosial untuk tampil mewah demi menunjukkan kesuksesan di hadapan keluarga dan teman-teman lama.
Namun, memahami esensi frugal living menjadi kunci untuk membebaskan diri dari jebakan budaya flexing yang justru membebani keuangan. Kesuksesan sejati tidak diukur dari barang bermerek atau gadget terbaru yang dibawa pulang, melainkan dari kemampuan mengelola keuangan dengan bijak, membangun masa depan yang stabil, serta memberi dampak positif bagi orang-orang sekitar.
Dengan pola pikir yang lebih sederhana dan bermakna, kita bisa membawa oleh-oleh yang sederhana namun berkesan, menghabiskan waktu berkualitas bersama keluarga, serta menjalin silaturahmi dengan teman lama tanpa harus makan di tempat mahal.
Dengan begitu, kita tidak hanya menjaga stabilitas finansial, tetapi juga menikmati momen Lebaran yang lebih tenang, hangat, dan penuh berkah. Ulama Islam, Imam Al-Ghazali pernah berkata bahwa hidup sederhana tanpa ada hasrat untuk mencari perhatian di hadapan manusia adalah di antara sebab ketenangan hati dan bahagia.
*) Penulis: Devi Utami Rika Safitri adalah Peneliti Center of Human and Economic Development, ITB Ahmad Dahlan, Jakarta, Tim Editor Jurnal Neoekohumanika
Load more