Catatan 2023: Bukan Akhir Sejarah
- tim tvonenews
Seperti yang bisa dibaca, saya hampir menulis apa saja, cerita perjalanan, dunia klangenan dan hobby, situasi sosial dan politik nasional dan dunia, hingga persoalan persoalan remeh namun aktual di masyarakat.
Saya memang agak memaksakan diri untuk mendisiplinkan olah pikir dengan menulis kolom Pojok KC. Bagi saya, olah pikir hanya kelanjutan dari olah gerak yang rutin saya lakukan.
Dalam lalu lintas ide dan peristiwa yang sangat cepat, berseliweran, silih berganti perlu ada pemaknaan terus menerus. Sebab, seringkali, karena keterbatasan waktu dan ‘kemalasan,’ wartawan bisa menjalani aktivitasnya dengan rutin, begitu-begitu saja, ‘pas bandrol’, kegairahan berkurang, vitalitas memudar dan kreativitas macet.
Saya merasakan akumulasi pengetahuan dan pengalaman yang didapat dari menjalani kegiatan jurnalisme selama hampir 30 tahun ini, harus dijadikan upaya membantu warga memahami persoalan persoalan aktual secara lebih luas.
Lewat tulisan Pojok KC, tvOnenews.com harus mampu memberikan informasi mendalam soal konfigurasi baru yang terjadi, menjelaskan duduk soal peristiwa peristiwa yang datang dan pergi dengan cepat. Dengan keterbatasan, kami ingin memberikan arah, navigasi yang seharusnya dituju oleh ‘kapal besar’ Indonesia.
Demikian, berlari bagi saya adalah proses refleksi. Kini tanpa terasa tahun tahun cepat berlalu, kita telah berada dasawarsa kedua abad ke-21. Padahal, sepertinya baru kemarin kita menghadapi kecemasan akan tibanya milenium baru ini. Masih terbayang diskusi-diskusi di penghujung 1999 menuju 2000 lalu, kita tercekam kecemasan bahwa ada yang belum disiapkan oleh komputer menghadapi tahun yang akan diisi oleh tiga buah nol. Dunia yang semakin tergantung dengan komputerisasi akan ambruk dan kacau balau.
Saya ingat foto di sebuah majalah berita saat itu, seseorang mengangkat poster bernada khawatir di tengah orang lalu lalang di Times Square Garden, New York: “Kiamat sudah dekat”. Teknologi semakin mengambil alih tugas tugas manusia. Ancaman disrupsi dalam sistem digital terasa sangat mengkhawatirkan.
Dan kini setelah adaptasi dilakukan, rasa cemas itu kita tahu justru bukan karena teknologi yang menguasai segalanya, tapi datang dari sumber yang berulang: perilaku manusia. Dunia tetap dipecah-pecah, dibagi-bagi oleh rivalitas dan konflik. Ketegangan di antara kekuatan-kekuatan besar dunia terus membayangi di Selat Taiwan, Laut China Selatan, dan Semenanjung Korea.
Load more