Debat Capres
- tim tvonenews
Cendekiawan yang telah malang melintang mengajar di kampus kampus terpandang di berbagai negara ini menyebut Indonesia tak akan banyak berubah dari dan lewat pemilu. Tak pernah ada pemilu lebih dari 50 tahun terakhir di Indonesia (paling tidak sejak Orde Baru) yang membawa perubahan besar di negeri Indonesia.
Menurut Ariel lagi, Indonesia mengalami perubahan, dalam artian ada struktur yang berubah secara mendasar hanya terjadi dua kali, dan itupun hasil pertemuan gejolak dari dalam dan dari luar.
Pertama, adalah revolusi kemerdekaan hasil dari gelombang semangat dekolonisasi di bangsa bangsa Asia dan Afrika juga adanya Perang Dunia II yang mempercepat proses pembebasan nasional bangsa bangsa, termasuk Indonesia.
Kedua, bangkitnya pemerintahan Orde Baru sebagai buntut dari politik perang dingin di tingkat global.
(Demo 98 di Gedung DPR RI. Sumber: Dok.Majalah D&R/Rully Kesuma)
Kini Indonesia memang tak sama lagi dengan setting politik era Orde Baru. Tapi nyatanya tak ada struktur politik yang berbeda 180 derajat. Ariel juga menduga tanpa reformasi 1998, pun sebenarnya perubahan-perubahan kecil, gradual, tetap akan terjadi. Perubahan sebagai konsesi, sebagai cara penguasa tetap bertahan akan tetap dilakukan.
Jadi jelang hari pencoblosan pada 14 Februari 2024, hadapi saja ritual rutin lima tahunan ini dengan biasa saja. Samadya. Jangan kagetan, jangan mudah takjub.
Bagi simpatisan tak perlu memojokan lawan terlalu jauh. Tak usah menggelontorkan caci maki terlalu banyak. Bukankah emosi diberikan pada manusia bukan untuk dilampiaskan, tetapi untuk ditahan. Emosinya, harimaumu.
Apalagi, jalan yang terbentang di depan, bagi siapapun yang akan berkuasa nanti, bukan jalan mulus dan lempang. Siapapun yang nanti mendapatkan mandat akan mendapati, ia hanyalah tetap bagian kecil dari kekuatan besar di Indonesia. Seberapa pun perolehan kemenangannya, ia tetap akan merangkul kekuatan lain di luar koalisinya.
Dan, untuk menjalankan visi misinya, presiden terpilih nanti adalah pihak yang paling “bergantung” dengan kerja sama di parlemen dan di eksekutif. Pada bekas lawan politik, tawaran, negosiasi –betapa pun itu akan sulit—tetap harus dilakukan.
Load more