Dengan apa Jokowi ingin dikenang setelah pada Oktober 2024 nanti ketika ia tak lagi jadi orang nomor satu di Indonesia? Jika pembangunan infrastruktur jawabannya, bukankah itu semua bisa mangkrak atau dibongkar oleh pemimpin berikutnya.
Saya teringat buku "Bagaimana Demokrasi Mati" karya dua ilmuwan politik Harvard Steven Levitsky dan Daniel Ziblat. Bak meniup peluit tanda bahaya, mereka mendedahkan kecenderungan demokrasi mati belakangan bukan lewat kudeta militer, tapi justru oleh pemimpin populis yang dihasilkan oleh pemilu. Memang keduanya tidak sedang bicara tentang Indonesia. Mereka sedang menulis terpilihnya Trump lewat pemilu dan kiprah setelah terpilih yang bak diktator di Amerika.
Tapi bukankah ada yang terasa akrab? Levitsky dan Ziblat menulis indikator untuk memeriksa apakah demokrasi berlangsung sehat. Pertama, ada penolakan atau komitmen yang lemah pada aturan main yang demokratis. Kedua, penolakan pada legitimasi lawan politik. Ketiga, toleransi atau dorongan pada kekerasan. Keempat, kesiapan untuk membatasi kebebasan sipil lawan, termasuk media.
Melihat keempat indikator agaknya demokrasi kita memang tengah sakit. Belum lama Presiden Jokowi mengakui cawe-cawe pada kontestan yang tengah berlaga di arena kompetisi Pilpres 2024. Pada kelompok yang berbeda pilihan politiknya, bukan hanya dianggap sebagai lawan politik, tetapi juga harus disingkirkan, jika perlu 'menggunakan" hukum yang terasa keras dan menelisik. Kita juga mendengar ada diskusi diskusi politik yang didatangi relawan, tokoh tokohnya dikejar kejar.
Pada 16 Juli 1969, intelektual muda pemberani kita, Soe Hok Gie pernah menulis betapa tidak menariknya pemerintah Orde Baru yang baru saja berdiri (yang ia ikut mendirikannya).
Dengan tajuk Betapa Tidak Menariknya Pemerintah Sekarang, Gie kecewa pada Presiden Soeharto, Menteri Luar Negeri Adam Malik, hingga jajaran menteri ekonomi: Emil Salim hingga Widjojo Nitisastro. Gie menyebut kerja pemerintah tak menarik, hanya tukang kredit, cari utang baru, dan cicil utang lama. Terasa tulisan Gie masih bergema lagi sekarang.
Load more