Kemerdekaan
- tim tvonenews
Apa arti kemerdekaan yang sedang dirayakan hari hari ini bagi masyarakat adat Balik Sepaku di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur? Jika kita seorang Balik Sepaku, bangun tidur kita mendapati tanah tanah yang dirawatnya ratusan tahun sebagai bagian dari identitas tanah airnya tiba tiba dipatok tulisan “dilarang masuk”.
Bagaimana jika engkau mendapati saudara kandungmu tiba-tiba tak bisa menjalankan ritual karena situs penting upacara adatnya, Batu Badok dan Batu Tukar Tondoi tiba tiba lenyap ditenggelamkan untuk sebuah danau.
Bagaimana jika engkau harus meminta izin berulang ulang hanya untuk menengok hutan adat yang tiba-tiba kini ditabalkan sebagai titik nol kilometer Ibu Kota Nusantara.
Atau, bagaimana jika kamu lahir sebagai warga Desa Tewai Baru di Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah, yang ratusan hektar hutannya kini gundul berubah jadi kebun singkong berbatang pendek dengan umbinya mengecil mirip wortel.
(Presiden Joko Widodo menunjuk lokasi pembangunan Ibu Kota Nusantara. Sumber: ANTARA)
Namun atas nama proyek strategis nasional food estate, tanaman itu tetap dipaksakan untuk ditanam kendati akhirnya jadi mangkrak.
Bagaimana arti merdeka, jika engkau merupakan korban dari sebuah putusan salah dan terburu buru semacam itu. Hutan sebagai lingkungan terdekat, tumpuan hidup sehari hari warga, kini bukan hanya tak bisa diolah lagi, tetapi engkau akan dihardik tentara ketika memasuki tanah yang pernah sangat akrab dengan dirimu, kendati hanya bermaksud mengambil potongan kayu kecil.
Dampak lain, hampir semua provinsi di Kalimantan kini mengalami banjir yang surutnya membutuhkan waktu berpekan pekan.
Bagaimana rasanya merdeka jika engkau terlahir jadi nelayan yang terus terancam nafkahnya karena gelombang laut yang menjadi lebih besar dari biasanya karena pasir lautnya didasar samudera digangsir dan ikan-ikan pergi karena terumbu karang lenyap dirusak oleh penambang yang kini dilegalkan negara.
Iya, daftar-daftar korban itu bisa makin panjang dan akan terus bertambah.
(Presiden Joko Widodo di area pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN). Sumber: ANTARA)
Di hadapan para korban saya terngiang kata kata Albert Camus, sastrawan peraih Nobel yang sepanjang hidupnya berjuang melawan kekuasaan yang semena mena: “Aku tetap ingin mencintai negeriku, sambil tetap mencintai keadilan.”
Load more