Aku Hanya Ingin Mati di Indonesia
- Moh Ramli
Toh, hatinya juga sudah tak ada rasa cinta pada tanah airnya sendiri. Untuk apa dipertahankan. Justru menurut saya, merekalah yang rugi, menceraikan negara indah nan elok.
"Indonesia serpihan potongan surga yang diturunkan oleh Allah di bumi,” demikian ucap Prof. Dr. Syekh Mahmud Syaltut, Rektor Universitas Al Azhar Mesir pada masa 1958 hingga 1963. (dikisahkan oleh D. Zawawi Imron di Haul Gus Dur tahun 2015, Jombang). Ini sebagai kesaksian dari pihak eksternal bahwa Indonesia memang negara yang begitu luar biasa.
Saya sangat meyakini, bagi mereka-mereka yang tak memiliki alasan-alasan kuat kepindahannya ke negara lain, suatu saat mereka akan kembali pulang ke Indonesia. Mereka akan menyesali kepindahannya ke Singapura.
Mereka akan mengutuk dirinya sendiri karena pikiran pendeknya itu. Dan mereka akhirnya akan sadar, bahwa Indonesia adalah satu-satunya negara terbaik yang pernah mereka kenal di dunia. Hanya di Indonesia-lah, hati mereka bisa damai, tenang nan tentram.
Kawan, bagi saya, berwarganegara Indonesia ini bukan soal tempat dan pendapatan, tapi ini soal utang sejarah. Indonesia hadir bukan lewat kenyamanan, Indonesia berdiri tegak karena ada perjuangan keras, perjuangan ikhlas yang menguras darah dan air mata.
Jika adagium pendiri Muhammadiyah Kiai Ahmad Dahlan menyatakan: hidup-hidupilah Muhammadiyah, jangan mencari hidup di Muhammadiyah. Maka, saya sebagai anak bangsa juga mengatakan: hidup-hidupilah Indonesia, jangan mencari hidup di Indonesia.
Artinya apa? Sebagai penerus para pahlawan-pahlawan kemerdekaan, sejatinya kita tak hanya bicara berbusa-busa, menuntut hak-hak kita sebagai warga negara. Melainkan terus bertanya, tuntut diri sendiri, apa sebenarnya kontribusi kita pada Indonesia.
Karya-karya apa yang sudah kita persembahkan untuk negara kita. Hal kecil dan besar apa yang sudah kita berikan pada negara tercinta kita. Lebih-lebih bisa mengharumkan namanya di kanca dunia.
Saya ingin mengutip sepotong puisi karya Sastrawan D. Zawawi Imron berjudul: Tanah Sajadah.
Kita minum air Indonesia menjadi darah kita
Kita makan buah-buahan dan beras Indonesia menjadi daging kita
Load more