Jakarta - Anggota Fraksi PDIP DPRD DKI Jakarta, Gilbert Simanjuntak meminta Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan untuk menghentikan proyek revitalisasi Halte TransJakarta Bundaran HI.
Hal ini disinyalir karena Halte Bundaran HI sedang diperdebatkan lantaran menutupi pandangan Patung Selamat Datang yang digadang-gadang cagar budaya.
Sebagai Anggota Komisi B Bidang Epidemiologi DPRD DKI Jakarta, Gilbert mengungkapkan bahwasanya rencana pembangunan halte menggelontorkan uang yang sangat besar.
Dalam rapat yang digelar pun, Komisi B DPRD DKI Jakarta telah menyatakan bahwasanya pembangunan ini tidak layak dan tidak menjadi prioritas.
“Sejak awal rencana pembangunan halte super mahal, Rp13,5 miliar per halte dirata-ratakan. Juga sudah disampaikan lewat rapat di Komisi B tidak layak dan tidak menjadi prioritas,” tegasnya.
Lebih lanjut, Gilbert beberkan sejumlah kinerja buruk yang telah dilakukan PT TransJakarta lantaran tidak mempertimbangkan skala prioritas dalam membuat keputusan pembangunan atau revitalisasi.
“Sejak awal saya sampaikan bahwa Direksi TransJakarta tidak kompeten di bidangnya. Mengerjakan hal tanpa skala prioritas,” tuturnya.
“Seperti adanya coffee shop di halte Harmoni, perombakan total halte yang serentak hingga menimbulkan kemacetan padahal sebagian masih berfungsi dan inkompetensi lainnya,” pungkas Gilbert.
Diketahui, perdebatan Halte Bundaran HI ini mulai menjadi perhatian banyak orang usai Sejarawan Indonesia JJ Rizal menuliskan di laman resmi media sosialnya terkait masukan perubahan konsep arsitektural halte tersebut.
Diberitakan sebelumnya, Sejarawan Indonesia JJ Rizal menyarankan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan anak buahnya untuk mencari konsep arsitektur halte yang menghargai kawasan bersejarah.
Hal ini disinyalir usai JJ Rizal mengkritik hasil kerja Anies Baswedan dan PT TransJakarta terkait pembangunan halte di kawasan Bundaran HI. Halte tersebut disinggung telah merusak pandangan pada Patung Selamat Datang dan Henk Ngantung Fontein.
“Udah saya bilang harus mencari konsep arsitektur ruang yang lebih respect terhadap kawasan sejarah. Itu kan arsitektural yang ditawarkan oleh Tj itu kan arsitektural yang arogan,” jelas JJ Rizal saat dihubungi media, Jumat (30/9/2022).
Konsep arsitektural revitalisasi Halte Tosari-Bundaran HI dinilai JJ Rizal tidak menghargai kawasan yang sangat penting, kawasan bersejarah sebagai penanda perubahan Jakarta dari Kota Kolonial menjadi Kota Nasional.
“Halte tetap di tempat, tetapi cari lah model arsitektur yang ramah dan respek pada kawasan sejarah, desain yang lebih merunduk, menghormati vista cagar budaya bukan yang dengan sengaja malah memanfaatkan ruang yang bernilai komersil untuk komersialisasi,” tegasnya.
Sejarawan lulusan Universitas Indonesia (UI) ini menyatakan memang pembangunan Halte TrasnJakarta di kawasan Bundaran HI memiliki nilai ekonomi tinggi, namun tidak serta merata dikomersialisasi.
Rizal pun turut kecewa atas sikap yang diambil PT TransJakarta sebagai perusahaan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) ikut serta dalam tindakan ini.
“Artinya gini, kita mengerti bahwa kawasan halte TJ itu kawasan yang punya nilai ekonomi tinggi. Tapi dalam kawasan itu bukan hanya ekonominya dan strategisnya yang luar biasa itu kemudian dimanfaatkan sama banyak orang untuk utusan komersialisasi. Nah, harusnya BUMD seperti Tj tuh tidak ikut-ikutan gitu loh,” pungkasnya. (agr/ree)
Load more