Bagi Negara-negara G20, Pemulihan dan Ketahanan Negara Berkembang Sangat Penting Artinya
- (Diskominfo Babel)
Belitung – Bagi negara-negara G20, pemulihan dan ketahanan negara-negara berkembang di tengah krisis global, sangat penting artinya.
“Forum ini dapat menyatukan ekonomi-ekonomi terbesar dunia untuk bersama-sama menutup kesenjangan pembangunan dan membantu negara berkembang,” kata Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa dalam pembukaan Development Ministerial Meeting (DMM) G20 di Belitung, Kamis (8/9/2022).
Menurut Suharso, pertemuan para menteri pembangunan ini digelar di tengah situasi dunia yang sulit. Pandemi Covid-19 belum usai, terutama di negara-negara berkembang, di mana saat ini upaya pemulihan ekonomi global masih tidak merata. Dunia saat ini juga dihadapkan pada ketidaksetaraan akses vaksin Covid-19.
Pada Juni 2022, tercatat baru 58 negara dari total 194 negara anggota WHO yang telah mencapai 70 persen cakupan vaksinasi.
Dunia sedang dihadapkan berbagai konflik dan isu geopolitik yang menghambat pemulihan ekonomi. IMF memproyeksikan, terjadi peningkatan inflasi hampir 6 persen di negara ekonomi maju pada 2022, sedangkan di negara berkembang tingkat inflasi mencapai 9 persen.
Hal-hal ini berdampak pada progres pembangunan di negara berkembang. Misalnya melonjaknya harga pangan dan energi. Tingginya inflasi mempersulit negara-negara untuk menyalurkan lebih banyak investasi demi pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan.
Menurut Suharso, perjalanan negara-negara G20 tidak mudah. Namun kuatnya kolaborasi selama ini telah membuktikan bahwa negara-negara G20 tak pernah sendirian. “Tujuan bersama kita jauh lebih penting di atas kepentingan individu kita,” ujarnya.
Semangat ini, kata dia, telah konsisten diusung sepanjang tahun. Karena itu, ia merasa bangga menyampaikan bahwa hal ini juga terefleksikan dengan baik dalam kerja di tahun 2022, dan dalam memastikan pemulihan yang kuat dan inklusif di negara berkembang.
Suharso mengatakan, UMKM menjadi tumpuan penting negara-negara berkembang untuk menciptakan 600 juta lebih pekerjaan yang dibutuhkan dalam 15 tahun ke depan. Oleh karena itu, dukungan kepada UMKM harus diprioritaskan untuk mencapai ketahanan menghadapi guncangan dan krisis global.
“Hal itu dapat dilakukan dengan mendukung adopsi praktik bisnis berkelanjutan dan manajemen risiko berencana,” ujarnya.
Load more