Dibalik Gagalnya Operasi Militer G30S PKI, Kesaksian yang Terungkap Dalam Dokumen Rahasia Brigjen Suparjo
- Dok. Film Pengkhianatan G30S PKI
Ketika itu, seminggu menjelang Marsekal Omar Dhani akan diadili di Pengadilan Militer pada 5 Desember 1966, setelah sebelumnya ia ditangkap pada 21 April 1966. Brigjen Suparjo mencoba mengirimkan surat rahasia yang berisi kronologis gagalnya operasi militer G30S PKI.
Brigjen Suparjo dan Marsekal Omar Dhani adalah dua dari sejumlah perwira militer yang didakwa sebagai aktor dibalik peristiwa kelam pemberontakan G30S PKI pada tahun 1965.
Dokumen rahasia yang disebut sebagai "Otokritik Suparjo" itu seharusnya sampai ke tangan Marsekal Omar Dhani yang ditahan dalam penjara militer, coba diselundupkan Brigjen Suparjo kepada kurir melalui jalur individual.
Sayangnya ketatnya penjagaan di penjara militer kemudian membuat surat Suparjo itu tak pernah sampai ke tangan Omar Dhani karena disita petugas penjara militer.
Foto: Brigjen Suparjo (kiri) dan Laksamana Omar Dhani (kanan)- (Dok.Wikipedia)
Surat rahasia Suparjo yang diberi judul "Beberapa Pendapat yang Mempengaruhi Gagalnya G-30-S Dipandang dari Sudut Militer" diperoleh peneliti asal Amerika Serikat, Victor M. Fic dari Letkol D. Soegondo dalam wawancara di kantor TEPERPU, Jakarta, 29 April 1971, yang kemudian ia tuangkan dalam bukunya "Kudeta 1 Oktober 1965, Sebuah Studi Tentang Konspirasi".
"Kami jumpai kawan-kawan kelompok pimpinan militer pada malam sebelum aksi dimulai, dalam keadaan sangat letih disebabkan kurang tidur. Misalnya kawan Untung 3 hari berturut-turut mengikuti rapat-rapat Bung Karno di Senayan dalam tugas pengamanan." ungkap Suparjo dalam surat tersebut.
Persiapan jelang operasi G30S PKI menurut Suparjo terbilang tidak jelas, khusunya mengenai bagaimana rencana aksi akan dijalankan.
Kondisi itu pula menurut Suparjo, membuat salah seorang dari perwira Angkatan Darat yang sedianya masuk dalam jajaran pimpinan operasi, pada jam-jam terakhir mengundurkan diri.
Selain itu banyak lini pasukan yang ternyata belum siap, tapi justru dilaporkan oleh bawahan bahwa "sudah beres" agar tidak dicecar oleh pimpinan operasi. Misalnya laporan tentang kesiapan personel militer di Bandung untuk mendukung operasi G30S PKI.
"Waktu diteliti kembali ternjata kekuatan yang positif di pihak kita hanya satu kompi dari Cakrabirawa. Pada waktu itu telah timbul keragu-raguan, tetapi ditutup dengan semboyan: apa boleh buat, kita tidak bisa mundur lagi.” tulis Suparjo.
Load more