Sang tuan rumah yang mengetahui kondisi tamu tengah demam tinggi berinisiatif memberinya madu arab. Disebutkan bahwa Bung Karno terbaring amat lemas di atas ranjang karena terserang Malaria Tertiana. Usai meminum madu yang diberikan Faradj Martak, barulah ia bisa beristirahat.
Keesokan harinya dua jam sebelum proklamasi, sekitar pukul 08.00 WIB, Bung Karno masih tertidur lemas. Dokter kemudian dipanggil untuk mengobati, disuntikkanlah chinine-urethan intramusculair untuk melawan penyakit itu. Bung Karno kemudian diberi obat broom chinine dan kembali mengonsumsi madu arab berian Faradj Martak.
Satu jam kemudian Bung Karno merasa lebih segar dan bersemangat. Belakangan diketahui bahwa madu yang diberikan tuan rumah bernama Sidr Bahiyah yang didapat dari Hadhramaut Yaman, tanah kelahiran Faradj Martak. Madu Sidr diketahui memiliki bermacam khasiat, salah satunya membunuh aneka bakteri tanpa efek samping.
Madu asal Yaman itu mempunyai sifat antibiotik, antijamru, dan antiseptik. Setelah mengetahui khasiat madu Sidr, Soekarno rutin mengonsumsinya dan mendapat pasokan satu dus madu Sidr sekitar dua bulan sekali.
Rumah Pegangsaan Timur Np. 56 jadi Saksi
Rumah Pegangsaan Timur Np. 56 menjadi saksi, pukul 09.00 WIB Bung Karno bangkit dan bersiap. Mengenakan setelan putih-putih ia menghampiri sahabatnya, Bung Hatta yang telah siap mendampingi mengumandangkan proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Tepat pukul 10.00 WIB tanggal 17 Agustus 1945 di teras rumah Pegangsaan Timur No. 56 milik Faradj Martak, bangsa Indonesia telah memproklamirkan diri sebagai bangsa yang merdeka. Merdeka dari kolonialisme asing yang menindas selama ratusan tahun.
Load more