Ketika Dilantik Sebagai Presiden, Habibie Justru Merasa Menjadi Manusia yang Paling Kesepian
- Dok.Sekneg - Buku Detik-Detik yang Menentukan, BJ Habibie
Pernyataan saya berhenti dari jabatan sebagai Presiden RI saya sampaikan di hadapan Saudara-saudara pimpinan DPR dan juga adalah pimpinan MPR pada kesempatan silaturahim.
Sesuai dengan pasal 8 UUD 1945, maka Wakil Presiden RI, Prof. Dr. Ir. B.J. Habibie yang akan melanjutkan sisa waktu jabatan Presiden/mandataris MPR 1998-2003.
Atas bantuan dan dukungan rakyat selama saya memimpin negara dan bangsa Indonesia ini, saya ucapkan terima kasih dan minta maaf bila ada kesalahan dan kekurangan-kekurangannya. Semoga bangsa Indonesia tetap jaya dengan Pancasila dan UUD 1945.
Mulai hari ini pula Kabinet Pembangunan VII demisioner dan kepada para menteri saya ucapkan terima kasih. Oleh karena keadaan tidak memungkinkan untuk menyelenggarakan pengucapan sumpah di hadapan DPR, maka untuk menghindari kekosongan pimpinan dalam menyelenggarakan pemerintahan negara, kiranya Saudara Wakil Presiden sekarang juga akan melaksanakan pengucapan sumpah jabatan Presiden di hadapan Mahkamah Agung RI.
Foto Sekneg: Mantan Presiden Soeharto saat meninggalkan Istana Negara, 21 Mei 1998
Untuk pertama kalinya Habibie akhirnya mendengar, alasan Soeharto mengundurkan diri sebagai Presiden RI.
Protokol kemudian menyerahkan sebuah map dan Habibie dimohon membaca sehelai kertas yang berisi sumpah kewajiban Presiden RI yang sudah dipersiapkan sebelumnya.
Bismillahirrahmanirrahim,
Berdasarkan Pasal 9 UUD 1945 sebelum memangku jabatan Presiden, saya akan melaksanakan kewajiban konstitusional saya ialah mengucapkan sumpah sesuai dengan agama yang saya anut sebagai berikut:
“Demi Allah, saya bersumpah akan memenuhi kewajiban Presiden RI dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, memegang teguh UUD dan menjalankan segala undang-undang dan peraturannya dengan selurus-lurusnya serta berbakti kepada nusa dan bangsa.”
Semuanya berlangsung cepat dan lancar. Soeharto memberi salam kepada semua yang hadir termasuk Habibie. Tanpa senyum maupun sepatah kata, Soeharto kemudian meninggalkan ruang upacara.
"Menerima warisan institusi presiden sebagai pusat keunggulan kekuasaan dan pusat perhatian masyarakat dalam suatu sistem yang feodal dengan segala permasalahan dan tantangan, menyebabkan saya menjadi manusia yang 'paling kesepian' dan 'paling sendirian' di dalam suatu lingkungan yang serba sibuk menghadapi multikompleks permasalahan." tulis Habibie mengenang momen bersejarah usai diambil sumpah sebagai Presiden RI ke 3. (Buz)
Load more