Romo Mudji Sutrisno SJ Wafat di Usia 71 Tahun, Gereja Katolik Kehilangan Intelektual dan Gembala Humanis
- Istimewa
Jejak Pelayanan dan Warisan Pemikiran
Sebagai imam Yesuit, Romo Mudji dikenal konsisten menggabungkan iman, nalar kritis, dan kepedulian sosial dalam setiap karya dan pelayanannya. Di dunia akademik, ia dihormati sebagai pemikir yang tekun membangun dialog antara filsafat, teologi, dan realitas sosial Indonesia.
Kepergiannya meninggalkan duka mendalam, tidak hanya bagi komunitas Gereja Katolik, tetapi juga bagi para akademisi, mahasiswa, dan siapa pun yang pernah disentuh oleh pemikiran serta keteladanannya.
Banyak pihak menilai Romo Mudji sebagai figur yang setia pada nilai kemanusiaan, keberpihakan pada kaum kecil, serta integritas dalam kehidupan intelektual dan spiritual.
Duka dan Doa Mengalir
Ungkapan belasungkawa dan doa terus mengalir dari berbagai kalangan, baik dari lingkungan Gereja, kampus, maupun umat awam. Sosok Romo Mudji dikenang sebagai pribadi yang bersahaja, hangat, dan teguh dalam panggilan hidupnya sebagai imam dan pendidik.
“Semoga Tuhan kini memeluk Romo Mudji dalam dekapan cinta-Nya yang maha besar,” tutur Romo Simon.
Kepergian Romo Mudji menjadi pengingat akan keteladanan hidup yang diabdikan sepenuhnya bagi pelayanan, pendidikan, dan pencarian kebenaran. Gereja dan bangsa kehilangan salah satu putra terbaiknya di bidang pemikiran dan pembinaan manusia.
Selamat jalan, Romo Mudji. Karyamu akan terus hidup dalam ingatan dan hati banyak orang. (nsp)
Load more