Apa Itu Ormas MADAS yang Viral Gegara Usir Nenek Elina dan Siapa Pendirinya?
- Istimewa
Surabaya, tvOnenews.com — Nama organisasi masyarakat (ormas) MADAS mendadak menjadi sorotan nasional setelah video viral memperlihatkan aksi pengusiran paksa terhadap seorang nenek berusia 80 tahun di Surabaya. Dalam peristiwa yang memicu kemarahan publik tersebut, rumah korban bahkan dibongkar hingga rata dengan tanah.
Aksi yang diduga dilakukan oleh oknum beratribut MADAS itu membuat warganet bertanya-tanya: apa sebenarnya ormas MADAS, apa tujuan pendiriannya, dan siapa sosok di balik organisasi ini?
Kasus Pengusiran Nenek Elina Jadi Pemicu
Peristiwa viral tersebut menimpa Elina Wijayanti (80), warga Dukuh Kuwukan, Kelurahan Lontar, Kecamatan Sambikerep, Surabaya. Dalam video yang beredar luas di media sosial, tampak sekelompok orang memaksa Elina keluar dari rumahnya sebelum bangunan tersebut dibongkar.
Kasus ini telah dilaporkan secara resmi ke Polda Jawa Timur dengan nomor laporan LP/B/1546/X/2025/SPKT/POLDA JAWA TIMUR. Aparat kepolisian kini tengah melakukan penyelidikan untuk mengungkap peran masing-masing pihak, termasuk dugaan keterlibatan oknum ormas.
Sebelum kasus di Surabaya ini mencuat, nama MADAS juga sempat menjadi perhatian publik dalam konflik antara Kiai Muhammad Imam Muslimin atau Yai Mim dengan Sahara Rental di kawasan Joyo Grand, Kota Malang. Konflik tersebut berawal dari persoalan lahan dan penggunaan fasilitas, yang turut menyeret nama ormas MADAS ke ruang publik.
Apa Itu Ormas MADAS?
MADAS merupakan singkatan dari Madura Asli. Ormas ini berbasis pada ikatan kesukuan warga keturunan Madura, khususnya mereka yang berada di perantauan. Meski berakar di Jawa Timur, anggota MADAS tersebar di berbagai wilayah Indonesia, termasuk di Surabaya dan kota-kota besar lainnya.
Mengacu pada laman resmi madas.or.id, Madura Asli atau MADAS adalah organisasi kemasyarakatan yang terdaftar secara resmi di Kementerian Hukum dan HAM dengan nomor AHU-0011634.AH.01.07.Tahun 2020.
Ormas ini mengusung motto: “Mengajak seluruh warga Madura untuk bersama-sama menjaga keutuhan dan kedaulatan NKRI.”
Dalam dokumen resmi yang dipublikasikan di situsnya, MADAS memiliki sejumlah tujuan pendirian, antara lain:
-
Menjadi wadah tunggal sosial dan politik suku Madura
-
Menjadi wadah kontrol sosial dan politik warga Madura
-
Memperkuat persatuan dan solidaritas suku Madura
-
Membela kepentingan dan martabat suku Madura
-
Membentuk masyarakat Madura yang berpendidikan, bermartabat, dan berakhlakul karimah
Secara konseptual, MADAS menegaskan diri sebagai organisasi sosial, bukan kelompok kekerasan.
Siapa Pendiri MADAS?
MADAS secara resmi berdiri pada tahun 2020. Pendiri sekaligus tokoh sentral organisasi ini adalah almarhum H. Berlian Ismail Marzuki, yang saat itu menjabat sebagai Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) MADAS.
H. Berlian dikenal sebagai tokoh masyarakat Madura yang kerap menyuarakan pentingnya membangun citra positif warga Madura di perantauan. Dalam berbagai kesempatan, ia menekankan bahwa MADAS harus hadir sebagai organisasi yang memberi manfaat sosial, bukan ormas yang mengedepankan kekuatan fisik atau intimidasi.
Namun, H. Berlian telah meninggal dunia. Setelah itu, HM. Jusuf Rizal, SH ditetapkan sebagai Ketua Umum MADAS untuk periode 2024–2029. Jusuf Rizal dikenal luas sebagai Presiden LSM LIRA (Lumbung Informasi Rakyat). Di era kepemimpinannya, muncul penyebutan MADAS Nusantara sebagai pengembangan organisasi.
Polemik Nama dan Kepemimpinan MADAS
Di tengah mencuatnya kasus Surabaya, muncul perbedaan klaim terkait kepengurusan dan kepemimpinan MADAS. Dalam kunjungan pengurus DPD MADAS Jawa Timur ke Sekretariat Aliansi Wartawan Surabaya (AWS) pada 8 Desember 2025, disebutkan bahwa MADAS juga dimaknai sebagai Madura Asli Daerah Anak Serumpun.
Sekretaris DPD MADAS Jawa Timur, I Gede Ardika, menyatakan bahwa HaKI MADAS (Madura Asli Daerah Anak Serumpun) telah didaftarkan secara resmi di Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum. Pendaftaran ini diklaim sebagai pembeda antara MADAS yang sah dengan pihak-pihak yang mencatut nama organisasi.
Menurut Gede Ardika, MADAS yang dipimpinnya tidak diketuai oleh HM. Jusuf Rizal, melainkan oleh H. Toha sebagai Ketua Umum.
“MADAS didirikan oleh almarhum Berlian untuk mencerdaskan masyarakat Madura. Sekarang Ketua Umum ialah H. Toha. Kami ingin instansi dan masyarakat bisa membedakan MADAS kami dengan organisasi lain yang membawa nama MADAS,” tegasnya.
Polemik identitas dan kepemimpinan ini kini ikut menjadi perhatian aparat penegak hukum, seiring penyelidikan kasus pengusiran nenek Elina yang telah memicu kecaman luas di tingkat nasional. (nsp)
Load more