Badan Geologi Ungkap Muka Tanah Sejumlah Kota Besar Indonesia Turun Lebih dari 5 Cm per Tahun, Apa Saja?
- Antara
Jakarta, tvOnenews.com - Fenomena penurunan muka tanah (land subsidence) kini tidak hanya menghantui wilayah pesisir.
Badan Geologi mengungkapkan fakta mengejutkan bahwa kota-kota besar di Pulau Jawa, termasuk dataran tinggi, seperti Bandung, mengalami penurunan tanah dengan laju yang mengkhawatirkan, yakni lebih dari lima sentimeter per tahun.
Kepala Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan (PATGTL) Badan Geologi, Agus Cahyono Adi, menjelaskan bahwa penurunan tanah di kawasan Bandung Raya dipicu oleh berbagai faktor kompleks.
Mulai dari masifnya kegiatan industri, beban bangunan, urbanisasi yang padat, hingga eksploitasi air tanah yang tak terkendali.
Namun, ada faktor geologi unik yang membuat Bandung rentan.
"Penurunan muka tanah multifaktor. Wilayah Bandung ini kan terbentuk dari danau purba ya, jadi endapan sedimennya relatif lebih labil daripada daerah yang terbentuk dari bekuan lava yang lebih kuat," kata Agus di Bandung, Minggu (21/12).
Agus menambahkan bahwa faktor alamiah geologis memang tidak bisa dihentikan. Meski begitu, manusia bisa mengendalikan salah satu pemicu utama, yakni dengan menghentikan penyedotan air tanah secara berlebihan.
"Faktor alam tidak bisa (dikendalikan), yang bisa dikendalikan adalah mengurangi penggunaan air tanah," tegasnya.
Selain Bandung, laju penurunan tanah di atas lima sentimeter per tahun juga terdeteksi di Jakarta Utara, Semarang (khususnya area Genuk, Tanjung Mas, dan Kaligawe), Sayung di Demak, pesisir Pekalongan, hingga Surabaya wilayah utara dan timur.
Plt Kepala Badan Geologi, Lana Saria, memperingatkan bahwa jika penurunan tanah ini bertemu dengan kenaikan permukaan laut akibat pemanasan global, risikonya adalah bencana banjir rob permanen.
Dampak ini tak hanya merusak infrastruktur, tapi juga menurunkan kualitas sanitasi dan kesehatan masyarakat.
"Serta kerugian ekonomi akibat meningkatnya biaya perbaikan bangunan dan infrastruktur pada daerah terdampak dan hilangnya wilayah daratan," ujar Lana.
Berdasarkan pantauan Badan Geologi, amblasan tanah di pesisir utara Jawa telah menyebabkan sebagian daratan di Jakarta dan Semarang kini sejajar atau bahkan berada di bawah permukaan laut.
Banyak permukiman dan tambak yang kini hilang dari peta karena berubah menjadi perairan permanen.
Menariknya, Badan Geologi mencatat adanya tren pelandaian penurunan tanah di Jakarta.
Berdasarkan data GPS periode 2015-2023, laju penurunan di Jakarta berkisar antara 0,05 hingga 5,17 sentimeter per tahun. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan periode 1997-2005 yang pernah mencapai 20 sentimeter per tahun.
Meski demikian, data dari World Economic Forum (WEF) yang dirilis November lalu memberikan peringatan berbeda. Laporan tersebut mencatat beberapa titik di Jakarta masih mengalami amblesan hingga 28 sentimeter.
Jakarta dan Semarang disebut-sebut sebagai kota yang tenggelam 10 hingga 20 kali lebih cepat dibandingkan rata-rata kenaikan air laut global. (ant/dpi)
Load more