Bareskrim Beberkan Dugaan Bukaan Lahan dan Tambang jadi Pemicu Banjir Kayu di Sumatra
- Istimewa
Jakarta, tvOnenews.com - Bareskrim Polri akhirnya membeberkan temuan awal terkait penyebab banyaknya kayu gelondongan yang terseret banjir di wilayah Sumatra.
Penyidik Direktorat Tindak Pidana Tertentu (Dittipidter) Bareskrim Polri mengungkap dugaan kuat bahwa aliran kayu berasal dari area bukaan lahan di titik Kilometer (KM) 6 hingga KM 8 kawasan hulu yang terdampak banjir.
Kasubag Ops Dittipidter Bareskrim Polri, Kombes Fredya Triharbakti menjelaskan bahwa tim menemukan pola aliran sungai baru yang terbentuk akibat derasnya banjir.
“Nah, ini aliran sungai. Bentukan aliran sungai. Bentukan dari derasnya aliran banjir, sehingga dugaan penyidik dan ahli, aliran sungai kecil ini menyapu atau membawa sampah-sampah, kayu-kayu yang ada di area KM 8 dan KM 6. Nah, ini terlihat kondisi bukaan lahan yang ada di area KM 8,” ujar Fredya dalam pemaparannya, Rabu (10/12/2025).
Fredya menegaskan, penyidikan dilakukan bersama tim gabungan yang terdiri dari Polda Sumut, Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Kehutanan, Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS), hingga Badan Pertanahan Nasional.
Fokusnya, menelusuri dugaan tindak pidana lingkungan hidup sebagaimana diatur Pasal 109 jo Pasal 98 jo Pasal 99 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup sebagaimana telah diubah dalam UU Nomor 6 Tahun 2023.
Lokasi penyidikan difokuskan pada Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, serta Kecamatan Sibabangun, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara.
Berdasarkan citra satelit, penyidik menemukan kondisi sebelum dan sesudah bencana, termasuk dua jembatan, Garoga dan Anggoli yang tersapu banjir.
Tim juga mendapati penumpukan kayu pada 25 November 2025, serta menemukan dugaan jenis kayu karet dan durian di sekitar perumahan warga dekat Jembatan Garoga Anggoli.
“Nah ini KM 6 ini. Di sini terlihat ada bukaan lahan. Kemudian ada longsoran akibat bukaan lahan,” kata Fredya sambil menunjuk dokumentasi lapangan.
Menurutnya, aliran air yang menerjang bukaan lahan itu kemudian membentuk muara yang menjadi pusat pertemuan arus baru menuju Sungai Garoga.
Bahkan, ahli menemukan area dengan kemiringan tertentu yang seharusnya tidak boleh dilakukan kegiatan penanaman maupun aktivitas lain.
Dalam penyisiran lapangan, tim gabungan menemukan dua ekskavator dan satu buldozer yang ditinggalkan begitu saja di area KM 8.
“Pada saat mendatangi KM 8, mendapati ada dua buah ekskavator dan satu buldozer yang memang dia dugaan melarikan diri, tidak ada di tempat, ditinggalkan begitu saja alat berat. Sehingga kita amankan dan kita lakukan pendalaman terhadap operator dan kepemilikan alat, termasuk kegiatannya,” tegas Fredya.
Bareskrim kini mendalami dugaan pembukaan lahan, tambang, hingga kemungkinan pembalakan liar yang disebut memiliki modus tertentu.
Penyidik menegaskan seluruh temuan masih dalam pemeriksaan dan analisis ahli, termasuk pola aliran kayu yang diduga menjadi salah satu faktor memperparah bencana banjir di kawasan tersebut. (rpi/iwh)
Load more