Ribuan Warga Serdang Bedagai Terdampak Banjir, BPBD Catat 16.987 KK Masih Menunggu Penanganan
- Antara Foto
Sumatera Utara, tvOnenews.com - Banjir besar melanda Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara, sejak lima hari terakhir. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mencatat sebanyak 16.987 Kepala Keluarga (KK) terdampak di 11 kecamatan. Curah hujan tinggi serta banjir kiriman dari wilayah hulu menyebabkan air terus meluap dan merendam permukiman warga. Kondisi ini diperparah dengan jebolnya tanggul di Sei Belutu dan Sungai Senangkong.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BPBD Serdang Bedagai, Abdurrahman Purba, mengatakan pihaknya masih terus melakukan pemantauan di lapangan. Hingga Minggu malam, pendataan terbaru menunjukkan ribuan rumah warga masih terendam banjir. “Kami terus memantau kondisi di lapangan. Saat ini terdata 16.987 kepala keluarga terdampak,” kata Abdurrahman di Seirampah.
Sebaran warga yang terdampak banjir cukup luas. Data BPBD mencatat Kecamatan Tanjung Beringin menjadi wilayah dengan jumlah terdampak terbesar yaitu 5.330 KK, disusul Sei Rampah dengan 4.804 KK. Kemudian Kecamatan Bandar Khalifah sebanyak 1.841 KK, Perbaungan 1.497 KK, Sei Bamban 1.223 KK, dan sisanya tersebar di Tebing Tinggi, Teluk Mengkudu, Dolok Masihul, Sipispis, Tebing Syahbandar, serta Pantai Cermin.
Abdurrahman menyebut, meski genangan mulai menunjukkan penurunan, kondisi di beberapa desa masih memprihatinkan. Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai terus menyalurkan bantuan logistik dan kebutuhan dasar kepada para pengungsi. “Kondisi air saat ini mulai surut, kami berharap situasi ini segera membaik. Pemkab bersama semua pihak terus mendata dan menyalurkan bantuan kepada korban terdampak,” ujarnya.
Di tengah situasi darurat, sejumlah sekolah, rumah ibadah, dan fasilitas umum kini digunakan sebagai posko pengungsian. Salah satunya di Mushala SMK Negeri 1 Seirampah yang menjadi lokasi mengungsi bagi puluhan warga. Bambang, warga Dusun V Desa Pematang Ganjang, sudah empat malam tinggal di lokasi tersebut. Ia mengaku rumahnya hampir sepenuhnya terendam air.
“Di kampung kami sudah tidak ada lagi tanah yang kering, semuanya air. Di mushala ini saja lantainya mulai tergenang,” kata Bambang.
Cerita serupa juga disampaikan Saleh, warga terdampak lainnya. Ia menyebut banjir kali ini merupakan yang terparah dalam beberapa tahun terakhir. “Ini banjir paling parah. Tahun 2021 juga banjir, tapi sekarang lebih tinggi. Kami tidak bisa bekerja dan hanya menunggu air surut,” katanya.
Load more