Isu Kerusakan Hutan Ramai, Ucapan Harrison Ford pada Pemerintah Indonesia Kembali Muncul
- ANTARA
Jakarta, tvOnenews.com - Banjir bandang yang menerjang wilayah Tapanuli Raya, Sumatera Utara, kembali membangkitkan sorotan tajam soal kerusakan hutan dan tata kelola lahan di Indonesia.
Di tengah unggahan video banjir, tumpukan kayu besar terbawa arus menjadi bukti visual yang memicu perdebatan publik. Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) menyebut bencana ini bukan sekadar akibat curah hujan ekstrem, tetapi hasil dari kerusakan ekosistem yang sudah berlangsung lama.
Dalam respons pemerintah, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Pratikno menegaskan bahwa saat ini pemerintah fokus menangani evakuasi, pemulihan akses bantuan, dan kebutuhan mendesak warga. Soal penyebab ekologis, termasuk dugaan alih fungsi lahan, akan ditelusuri setelah fase darurat selesai.
Namun di tengah isu ini, publik kembali mengangkat salah satu momen paling kontroversial terkait deforestasi: wawancara aktor Hollywood Harrison Ford dengan Menteri Kehutanan saat itu, Zulkifli Hasan, pada 2013. Cuplikan video dokumenter Years of Living Dangerously kembali viral di media sosial dan platform X.
Dalam video berdurasi empat menit itu, Ford tampak emosional usai melihat langsung kerusakan hutan di kawasan Tesso Nilo, Riau. Ia berkali-kali menggelengkan kepala sebelum berkata lantang:
“I can't wait to see the minister of forestry! I can’t wait!”
Percakapan Ford dan Zulhas berlanjut di kantor Kementerian Kehutanan. Berikut cuplikan dialog yang kini kembali ramai dibahas:
Ford membuka percakapan:
“In the last 15 years, 80 percent of the forest has been commercially exploited. Indonesians say there is strong connection between business and politics. What do you say?”
(Dalam 15 tahun terakhir, 80 persen hutan telah tereksploitasi secara komersil. Banyak orang Indonesia yang menyebut adanya hubungan kuat antara bisnis dan politik, bagaimana pendapatmu?")
Zulhas menjawab dengan tenang:
“Kita baru belajar berdemokrasi. Saya yakin dalam waktu panjang akan terjadi titik seimbang.”
Ford lalu bertanya soal persetujuan proyek perlindungan gambut:
“Will you sign the paper to preserve this critical natural resource?”
(Akankah Anda menandatangani surat tersebut untuk melestarikan sumber daya alam yang penting ini?)
Zulhas menjawab:
“Kalau mereka setuju, saya minggu depan bisa.”
Namun bagian paling viral adalah ketika Ford menyinggung kondisi Tesso Nilo.
Ford berkata dengan nada tegas:
“Only 18 percent remains. New roads, illegal logging, trees cut and burned. It’s heartbreaking. What have you done?”
(“Yang tersisa hanya 18 persen. Ada jalan baru, pembalakan liar, pohon ditebang dan dibakar. Ini menghancurkan hati. Apa yang sudah Anda lakukan?”)
Zulhas menanggapi:
“Ini bukan Amerika. Kami baru mengalami reformasi. Kadang-kadang kami surplus demokrasi. Karena itu kami buat program memindahkan masyarakat dan mencari lahan pengganti.”
Ford lalu memotong:
“So you're willing to lose the battle?”
(“Jadi Anda siap kalah dalam perjuangan ini?”)
Zulhas menjawab pendek:
“Ya.”
Momen itu menutup percakapan yang kini kembali menjadi refleksi keras di tengah bencana yang terjadi.
Isu kerusakan hutan kembali menjadi sorotan publik, terlebih setelah data BNPB mencatat banjir bandang dan longsor melanda 13 kabupaten/kota dan menyebabkan ribuan warga mengungsi.
Kini pertanyaan yang dulu diajukan Harrison Ford kembali mengemuka:
Apakah Indonesia siap menjaga hutan, atau kembali "kalah dalam pertempuran" karena tekanan bisnis dan politik?
(nsp)
Load more