Jadi IYSF Advocate 2025, Nadia Habibie Suarakan Isu Perubahan Iklim
- Istimewa
Jakarta, tvOnenews.com - The Habibie Center (THC) berpartisipasi dalam Indonesia Youth Sustainability Forum (IYSF) 2025 yang diinisiasi oleh Bakrie Center Foundation pada tahun 2024.
Tahun ini, forum tersebut kembali diselenggarakan sebagai wadah bagi generasi muda Indonesia untuk berdiskusi, menghadapi tantangan perubahan iklim serta mendorong transisi menuju Net Zero Emission 2060.
Dalam kesempatan tersebut, Sekretaris Dewan Pembina The Habibie Center sekaligus IYSF Advocate 2025 Nadia Sofia Habibie mendapat kehormatan untuk menyampaikan opening speech pada sesi pembukaan forum.
Dalam pidatonya, Nadia menekankan bahwa perjalanan menuju net zero bukan hanya tentang mengurangi emisi, tetapi juga tentang membangun kesejahteraan baru yang bersih, adil, dan berkelanjutan.
Ia memperkenalkan tiga karakter dari buku berjudul "Climate Action 101: Indonesia’s Guide for Newbies" yang ditulis bersama Aufar Satria (Commissioner of Indonesia’s Society of Renewable Energy), Nabil, Susi, dan Lily sebagai ilustrasi realitas masyarakat Indonesia dalam menghadapi krisis iklim.
“Kebanyakan dari kita hidup seperti Nabil, modern, nyaman, tapi mencemari lingkungan. Sementara Lily hidup sederhana dengan emisi rendah namun peluang ekonomi terbatas. Pertanyaannya adalah bagaimana kita bisa membantu mereka mencapai kesejahteraan tanpa menempuh jalan yang sama, yang padat emisi dan tidak berkelanjutan?,” ujar Nadia.
Menurut Nadia, tantangan menuju net zero justru membuka banyak peluang baru di bidang energi bersih, kendaraan listrik, penyediaan air bersih, dan industri kreatif berkelanjutan.
“Setiap langkah menuju ekonomi hijau berarti membuka ruang bagi profesi dan ide-ide baru menjadikan masa depan kita bukan hanya hijau, tapi juga penuh makna,” tambahnya.
Nadia juga menyoroti pentingnya mengubah persepsi bahwa hidup berkelanjutan berarti berkorban.
Dalam pidatonya, ia menggunakan istilah “martabak kesejahteraan” untuk menggambarkan bahwa kesejahteraan dapat tumbuh bersama upaya menurunkan emisi.
“Kita bisa menumbuhkan kesejahteraan dan mengurangi emisi pada saat yang sama. Transisi hijau bukan tentang kehilangan, tetapi tentang menemukan cara baru untuk tumbuh,” tuturnya.
Sebagai cucu dari almarhum Prof. B. J. Habibie dan Ainun Besari, Nadia menegaskan bahwa nilai-nilai kemajuan yang diwariskan keluarganya bukan hanya tentang teknologi, tetapi juga tentang cinta terhadap sesama manusia dan tanggung jawab terhadap masa depan bangsa.
“Kita bisa membentuk Indonesia yang maju dan sustainable dan generasi kitalah yang akan mewujudkannya,” ujar Nadia.
Ia menutup sambutannya dengan menyerukan kolaborasi lintas disiplin dari ilmuwan, seniman, teknolog, pengusaha, hingga pembuat kebijakan untuk membangun masa depan rendah karbon yang inklusif.
“Transisi hijau bukan sekadar soal menurunkan emisi, tetapi soal inovasi, kolaborasi, dan keberanian untuk menciptakan terobosan baru. Kita membutuhkan semua tangan terlibat karena solusi masa depan hanya bisa lahir dari semangat gotong royong,” pungkasnya.
Setelah pembukaan oleh Nadia Habibie, sesi dilanjutkan dengan paparan dari Shinta Widjaja Kamdani, Rachmat Kaimuddin, dan Radi Manggala yang turut menyampaikan pandangan strategis mengenai peran anak muda dalam agenda keberlanjutan nasional.
Shinta Widjaja Kamdani, Coordinating Vice Chairwoman for Human Development, Culture, and Sustainable Development KADIN Indonesia, menekankan pentingnya keberanian dan kolaborasi dalam menghadapi tantangan transisi energi.
Ia mengajak generasi muda untuk tidak hanya menjadi pengamat, tetapi menjadi penggerak perubahan:
“Inilah saatnya kita tidak lagi hanya menjadi penonton perubahan, tidak hanya jadi pendengar suara, tapi kita harus menjadi penggerak transformasi.”
Menurutnya, transisi dari ketergantungan terhadap batubara menuju energi terbarukan seperti surya dan biomassa, bukan hal yang mudah, namun justru menyimpan peluang besar.
“Transisi energi bukan sekadar mengganti sumber daya, tetapi tentang membangun ekonomi, keterampilan baru, green jobs, dan cara hidup baru. Kita harus memastikan transisi ini adil, tidak ada yang tertinggal,” ujarnya.
Ia juga menutup dengan ajakan yang menggugah: “Be curious, be courageous, and be collaborative, karena keberlanjutan tidak bisa dicapai sendirian.”
Sementara itu, Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur Kemenko Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Rachmat Kaimuddin menyampaikan pesan optimisme kepada generasi muda:
“Kalian tidak boleh hopeless, you are an engine of your faith. Your choice, your voice matters.”
Adapun Direktur Pengembangan Sistemp Pemasaran dan Hubungan Kelembagaan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Radi Manggala menegaskan bahwa anak muda adalah kekuatan perubahan masa kini.
“You are the changers, and you can take action, not tomorrow, but now.”
Ia menambahkan bahwa kreativitas menjadi kunci, termasuk dengan mengembangkan produk-produk berbahan ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Partisipasi The Habibie Center dalam IYSF 2025 memperkuat komitmen lembaga dalam mendukung peran strategis generasi muda dalam transisi menuju pembangunan berkelanjutan.
Sebagai lembaga independen yang berfokus pada demokrasi dan hak asasi manusia, THC meyakini bahwa masa depan hijau hanya dapat tercapai melalui inovasi, kolaborasi lintas disiplin, dan semangat gotong royong.
Load more