Viral Hacker Bjorka Kembali Beraksi, Lembaga Riset Keamanan Siber Ungkap Dampak Berbahaya
- Istimewa
Jakarta, tvOnenews.com -Â Viral di media sosial aksi akun hacker yang mengatasnamakan Bjorka kembali geger dengan meretas akun yang diduga milik Roy Suryo berupa Nomor Induk Kependudukan (NIK), nomor ponsel, nama operator seluler, tanggal registrasi kartu.Â
Kabar viral itu turut diunggah oleh akun TikTok @hens4308 yang menampilkan potongan aksi peretasan hacker Bjorka tersebut.
Bahkan terdapat potongan gambar yang menampilkan hacker Bjorka meretas dengan klaim memiliki 128.293.821 rekam data berformat .SQL yang memuat NIK, nomor telepon, operator, hingga tanggal registrasi.
Menanggapi hal itu, Chairman Lembaga Riset Keamanan Siber CISSReC, Pratama Persadha mengatakan dugaan kebocoran tersebut menandakan bahwa data pribadi masih sangat rentan.Â
Kendati demikian, ia meminta kebenaran yang dilakukan oleh Bjorka perlu ditelusuri lebih lanjut.Â
"Sekalipun kebenarannya masih dalam tahap verifikasi, isu ini menegaskan satu hal penting: data pribadi warga, khususnya yang berkaitan dengan nomor telepon dan identitas resmi, kini menjadi aset yang sangat rentan sekaligus berharga di pasar gelap siber," kata Pratama, Jakarta, Senin (20/10/2025).
Pratama menuturkan dalam konteks keamanan nasional dan perlindungan data pribadi insiden seperti ini tak sekadar pelanggaran privasi tetapi juga potensi ancaman terhadap integritas sistem otentikasi digital di Indonesia.
Menurutnya jika kebocoran tersebut benar adanya dapat berdampak meluas jauh melampaui sisi teknis.Â
Kebocoran data SIM membuka peluang besar bagi pelaku kejahatan untuk melakukan SIM-swap, yakni pengambilalihan nomor telepon korban.Â
"Melalui teknik ini, pelaku dapat menerima SMS verifikasi dan mengakses akun perbankan, dompet digital, hingga akun media sosial korban," ujarnya.Â
Pratama menilai ancamannya tidak berhenti melainkan data hasil kebocoran sering kali digabungkan dengan basis data lain seperti data kependudukan, kesehatan, atau pajak untuk menciptakan identitas sintetis baru yang digunakan dalam penipuan finansial atau kejahatan terorganisir.Â
"Kampanye penipuan yang semakin personal, rekayasa sosial, hingga manipulasi opini publik menjadi lebih mudah dilakukan ketika data seseorang tersebar di ruang maya. Pada skala negara, kebocoran ini bahkan dapat dipakai untuk melakukan profiling terhadap pejabat publik atau aparat keamanan, menciptakan risiko terhadap keamanan informasi strategis," ungkapnya.Â
Load more