Jaga Kamtibmas, Polda Metro Jaya Gandeng Ojol Hingga Tukang Kopi Jadi Sensor Dini Kejahatan Kota
- Antara
Jakarta, tvOnenews.com - Polda Metro Jaya kini mengubah pola keamanan kota menjadi lebih dinamis. Polisi menggandeng warga, mulai dari ojek online (Ojol) hingga pedagang kopi keliling, untuk membangun jaringan intelijen sosial sebagai sistem deteksi dini kejahatan berbasis partisipasi masyarakat secara real time.
Kabid Humas Polda Metro Jaya, Brigjen Ade Ary Syam Indradi mengatakan, pola keamanan di ibu kota kini diarahkan pada sistem 'early warning' sosial, di mana setiap warga bisa menjadi pelapor pertama potensi gangguan kamtibmas.
“Situasi aman itu tidak bisa tiba-tiba. Supaya optimal, semua pihak harus terlibat. Ketika setiap individu cepat melapor, potensi gangguan bisa diredam sebelum terjadi,” ujar Ade Ary di kawasan Monas, Jakarta, Senin (20/10).
Menurutnya, kanal pelaporan Polri 110 kini menjadi pusat data keamanan yang menerima ribuan laporan warga per hari, mulai dari tindak kriminal, potensi keributan, hingga gangguan sosial.
Layanan itu, kata dia, sedang diperkuat dengan jaringan pelapor aktif dari berbagai komunitas warga.
“110 itu gratis, dan langsung diangkat oleh polres terdekat. Kalau kita di Depok, yang merespons Polres Depok, kalau di Bekasi, Polres Bekasi. Ini bagian dari sistem keamanan baru yang terdesentralisasi,” katanya.
Ade Ary menyebut, Polda Metro Jaya kini membangun sistem pengawasan berbasis komunitas digital, di mana Babinkamtibmas, RT, RW, dan warga aktif tergabung dalam grup komunikasi daring untuk mempercepat aliran informasi dari lapangan ke aparat.
“Bahkan Babinkamtibmas kami masuk ke grup WA warga. Di situ mereka saling berbagi info, modus kejahatan baru, hingga imbauan preventif,” jelasnya.
Langkah itu juga sejalan dengan program nasional Kapolri yang mencatat 400 ribu pengemudi ojol terdaftar sebagai mitra keamanan aktif di wilayah hukum Polda Metro Jaya.
Mereka bukan hanya mitra transportasi, tapi juga sumber laporan tercepat saat ada potensi gangguan di jalan.
“Mereka kami bekali rompi, helm, dan pelatihan dasar kamtibmas. Kalau semua aktif berpartisipasi, ruang gerak pelaku kejahatan semakin sempit,” tambahnya.
Polda Metro Jaya menyebut pola itu sebagai transformasi sistem keamanan menuju partisipasi digital warga, menggantikan konsep keamanan statis berbasis pos dan patroli rutin.
Load more