BMKG Ingatkan Bahaya Terpapar Matahari Jam 10–16! Ini Alasannya dan Dampak Nyatanya bagi Tubuh
- Freepik
Jakarta, tvOnenews.com – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan imbauan penting bagi masyarakat untuk tidak beraktivitas langsung di bawah sinar matahari antara pukul 10.00 hingga 16.00 WIB.
Peringatan ini disampaikan seiring meningkatnya suhu udara di berbagai wilayah Indonesia dalam beberapa pekan terakhir. Fenomena ini terjadi akibat peralihan musim dari kemarau menuju hujan, di mana pemanasan permukaan bumi mencapai titik maksimum.
Suhu Mencapai 38 Derajat, Ini Daerah Paling Panas
Menurut pengamatan BMKG, suhu maksimum udara di beberapa wilayah Indonesia mencapai 38 derajat Celcius.
Beberapa daerah yang tercatat mengalami panas ekstrem di antaranya:
-
Karanganyar, Jawa Tengah: 38,2°C
-
Majalengka, Jawa Barat: 37,6°C
-
Boven Digoel, Papua: 37,3°C
-
Surabaya, Jawa Timur: 37,0°C
Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menjelaskan bahwa kondisi ini dipengaruhi oleh gerak semu matahari yang kini berada di selatan ekuator. Artinya, wilayah Indonesia bagian tengah dan selatan sedang menerima paparan radiasi matahari paling intens.
Selain itu, pengaruh Monsun Australia turut menambah suhu udara kering yang meningkatkan sensasi panas di banyak daerah.
BMKG: Radiasi Matahari Paling Berbahaya Pukul 10–16
Menurut Guswanto, pada rentang waktu pukul 10.00–16.00 WIB, intensitas radiasi matahari berada pada titik tertinggi. Sinar ultraviolet (UV) di jam-jam ini bisa menimbulkan efek langsung terhadap kesehatan kulit dan tubuh jika terpapar tanpa perlindungan.
“Perbanyak minum air putih untuk menjaga tubuh tetap terhidrasi dan menurunkan suhu tubuh,” ujarnya, Selasa (14/10/2025).
BMKG juga mengimbau masyarakat untuk:
-
Menggunakan pelindung diri seperti topi, kacamata hitam, payung, atau tabir surya (sunscreen);
-
Menghindari aktivitas fisik berat di luar ruangan pada siang hari;
-
Memantau informasi cuaca terkini melalui aplikasi InfoBMKG atau media sosial resmi BMKG.
Guswanto menambahkan, kelompok rentan seperti anak-anak, lansia, dan penderita penyakit kronis perlu mendapat perhatian khusus karena lebih mudah mengalami dehidrasi atau kelelahan akibat panas ekstrem.
Fenomena Normal tapi Dampaknya Kian Ekstrem
BMKG menegaskan, kondisi suhu tinggi ini masih tergolong normal pada periode pancaroba (peralihan musim). Namun, dampaknya kini terasa lebih ekstrem akibat perubahan iklim global dan urbanisasi yang memperparah efek panas permukaan.
“Yang penting masyarakat tetap tenang, tetapi waspada. Pastikan kondisi tubuh terjaga, kurangi aktivitas di bawah matahari langsung, dan ikuti perkembangan cuaca dari sumber resmi,” tegas Guswanto.
Cuaca Panas Siang, Hujan Deras Sore Hari
Menariknya, meski siang hari terasa sangat panas, hujan lebat hingga sangat lebat juga terjadi di sejumlah wilayah pada sore hingga malam hari.
BMKG mencatat curah hujan tinggi di:
-
Belawan, Sumatera Utara: 117,6 mm/hari
-
Deli Serdang, Sumatera Utara: 110,4 mm/hari
-
Kapuas Hulu, Kalimantan Barat: 88,4 mm/hari
Kondisi ini menunjukkan bahwa cuaca ekstrem panas di siang hari bisa berlanjut dengan hujan deras di malam hari, sesuai karakteristik masa transisi dari kemarau ke musim hujan di Indonesia.
BMKG memperkirakan cuaca panas dan cerah masih mendominasi wilayah Indonesia bagian tengah dan selatan hingga akhir Oktober atau awal November 2025, dengan potensi hujan lokal di beberapa daerah seperti Sumatera, Kalimantan, Jawa, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua.
BMKG mengingatkan, paparan sinar matahari antara pukul 10.00–16.00 WIB bukan hanya membuat tubuh cepat lelah, tapi juga berisiko merusak kulit dan kesehatan.
Hindari terpapar langsung, jaga hidrasi tubuh, dan selalu pantau perkembangan cuaca agar tetap aman beraktivitas di tengah cuaca ekstrem yang melanda Indonesia. (nsp)
Load more