Dari Ejekan hingga Duka: Kronologi Lengkap Tragedi Timothy Anugerah Saputra di Kampus Unud
- Istimewa
Empat di antaranya merupakan pengurus Himpunan Mahasiswa Ilmu Politik (Himapol) FISIP Unud, yakni Vito Simanungkalit, Muhammad Riyadh Alvitto Satriyaji Pratama, Maria Victoria Viyata Mayos, dan Anak Agung Ngurah Nanda Budiadnyana. Dua lainnya berasal dari organisasi kampus berbeda.
Pernyataan resmi Himapol menyebut tindakan mereka “amoral dan menambah luka bagi yang berduka.” Selain sanksi organisasi, pelaku juga dikenai sanksi akademik. Mereka telah menyampaikan permintaan maaf terbuka dan menyatakan siap bertanggung jawab atas perbuatannya.
Pelajaran untuk Semua: Kampus Harus Jadi Ruang Aman
Tragedi Timothy mengundang keprihatinan nasional. Banyak mahasiswa dan alumni dari berbagai universitas menuliskan refleksi di media sosial tentang pengalaman serupa.
Dari kejadian ini, pesan penting muncul: kampus bukan sekadar tempat belajar teori, tapi juga tempat menumbuhkan empati dan kemanusiaan. Setiap perguruan tinggi perlu memiliki sistem konseling psikologis yang mudah diakses, serta menanamkan budaya saling menghargai di lingkungan akademik.
Keluarga Timothy menyatakan keikhlasan atas kepergian putra mereka dan berharap kejadian ini menjadi pelajaran bagi semua pihak. “Kami hanya ingin tidak ada lagi anak yang mengalami hal serupa,” ujar salah satu anggota keluarga melalui pernyataan singkat.
Refleksi: Empati Adalah Tanda Cerdas Sejati
Tragedi ini mengingatkan bahwa di balik prestasi akademik dan dinamika organisasi, rasa empati adalah kunci menjaga kehidupan kampus yang sehat. Bullying, dalam bentuk apa pun, bukanlah bagian dari budaya mahasiswa.
Jika Anda atau rekan Anda mengalami tekanan psikologis, jangan ragu mencari bantuan profesional atau mendatangi layanan konseling kampus. Mari bersama menciptakan lingkungan yang aman, di mana setiap mahasiswa bisa tumbuh tanpa takut dihakimi.
Karena sejatinya, kampus yang berempati adalah kampus yang beradab. (nsp)
Load more