Dari PB Djarum ke Serie A: Kisah Luar Biasa Djarum Membangkitkan Como 1907 dari Keterpurukan
- Instagram - Como
Jakarta, tvOnenews.com – Siapa sangka, di balik kebangkitan klub sepak bola Italia Como 1907, ada tangan dingin konglomerat asal Indonesia: keluarga Hartono, pemilik Grup Djarum.
Klub berusia 112 tahun itu kini kembali ke Serie A setelah 21 tahun absen — dan perjalanan mereka bisa dibilang sebagai kisah kebangkitan paling inspiratif dalam dunia sepak bola modern.
Awal Mula: Djarum Masuk ke Dunia Sepak Bola Italia
Kisah ini dimulai pada tahun 2019, ketika keluarga Hartono, melalui SENT Entertainment Ltd. (anak usaha Djarum Group yang berbasis di Inggris), membeli Como 1907 — klub yang saat itu sedang bangkrut dan terpuruk di Serie D, divisi keempat Liga Italia.
Harga akuisisinya pun terbilang “remeh” bagi ukuran konglomerat sekelas Djarum — hanya sekitar 800–850 ribu euro atau setara Rp10–12,5 miliar. Nilai itu bahkan lebih kecil dari harga satu pemain muda Serie A. Namun, keputusan ini bukan soal uang, melainkan visi jangka panjang.
Selain melunasi utang klub sekitar 150 ribu euro, Djarum langsung melakukan restrukturisasi besar. Klub yang nyaris mati suri ini kemudian dihidupkan kembali dengan nama baru: Como 1907.
Dari Brak Rokok ke Stadion Eropa
Bagi keluarga Hartono, dunia olahraga bukan hal asing. Jauh sebelum membeli Como, Djarum dikenal lewat kontribusinya di bulu tangkis nasional.
Pada 1969, Budi Hartono muda menyulap brak (tempat pelinting rokok) di pabrik keluarganya di Kudus menjadi arena latihan bulu tangkis. Dari sanalah lahir PB Djarum (1974) — kawah candradimuka bagi legenda seperti Liem Swie King, hingga generasi baru seperti Jonathan Christie dan Anthony Ginting.
Empat dekade kemudian, filosofi yang sama mereka bawa ke Eropa: membangun dari akar, bukan membeli kejayaan.
Membangun Ulang Como dari Nol
Begitu resmi diakuisisi, Djarum menugaskan Michael Gandler — mantan manajer pemasaran Inter Milan — untuk memimpin transformasi klub. Infrastruktur diperbaiki, akademi pemain muda dibangun, dan sistem bisnis profesional diterapkan.
Perlahan tapi pasti, Como bangkit.
-
2019: Berkompetisi di Serie D
-
2020: Promosi ke Serie C
-
2021: Naik ke Serie B
-
2024: Promosi ke Serie A setelah finis di posisi kedua, bersama Parma
Hanya dalam lima tahun, Como melesat dari kasta keempat ke kasta tertinggi sepak bola Italia — sebuah pencapaian yang luar biasa bagi klub yang sempat dinyatakan bangkrut.
Como Kini: Dari Klub Bangkrut Jadi Tim Papan Tengah Serie A
Kini, di bawah asuhan Cesc Fabregas, legenda Spanyol yang juga punya saham minoritas di klub, Como menjadi sorotan Serie A. Klub yang bermarkas di tepi Danau Como ini bahkan sukses menaklukkan raksasa seperti Napoli (2-1) dan Fiorentina (2-0) di awal 2025.
Dengan nilai investasi yang terus meningkat, Como kini disebut sebagai salah satu klub dengan keuangan paling sehat di Serie A.
Dalam bursa transfer Januari 2025 saja, mereka menggelontorkan 40 juta poundsterling (sekitar Rp830 miliar) — tertinggi di antara semua klub Italia, bahkan melebihi Juventus dan Inter Milan.
Salah satu pembelian paling menjanjikan adalah Assane Diao, pemain muda dari Real Betis, yang kini menjadi bintang baru Como dengan torehan gol di setiap laga besar.
Filosofi Djarum: Bukan Kejayaan Instan, Tapi Fondasi Jangka Panjang
Menurut Mirwan Suwarso, perwakilan Djarum sekaligus Presiden Como 1907, proyek ini bukan investasi instan.
“Kami ingin membangun Como dari nol, mengenali setiap akar masalah, lalu menjadikannya fondasi untuk sukses jangka panjang,” ujarnya kepada Reuters (2024).
Strategi ini mengingatkan pada model Atalanta, klub Serie A yang sukses lewat pengembangan pemain muda. Sejalan dengan semangat itu, Djarum juga membawa nilai yang sama seperti di PB Djarum dan program Garuda Select — menekankan pembinaan, bukan pembelian besar semata.
Jejak Indonesia di Jantung Sepak Bola Italia
Kini, Como bukan hanya simbol kebangkitan sebuah klub tua, tetapi juga representasi visi Indonesia di panggung global. Dari bulu tangkis hingga sepak bola Eropa, Djarum menanamkan filosofi yang sama: komitmen, kesabaran, dan pembangunan akar yang kuat.
Dengan dukungan dari legenda seperti Fabregas, Thierry Henry, dan Dennis Wise, Como 1907 perlahan menjadi kekuatan baru Serie A. Klub ini juga menjadi kebanggaan baru bagi Indonesia — bukti bahwa dengan visi dan kerja keras, bahkan dari Kudus, nama Indonesia bisa bergema di stadion-stadion Eropa. (nsp)
Load more