MBG Picu 5.626 Kasus Keracunan! Begini Respons BPOM, BGN, hingga Istana
- istimewa - antaranews
Jakarta, tvOnenews.com - Kasus keracunan dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) di seluruh Indonesia telah menembus angka yang memprihatinkan.
Data Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI) mencatat, program MBG sedikitnya memicu 5.626 kasus keracunan sejak program ini diluncurkan pada 6 Januari hingga 19 September 2025.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) bahkan sampai mendesak agar pemerintah melakukan evaluasi menyeluruh dan penghentian sementara terhadap program andalan Presiden Prabowo Subianto ini.
Di sisi lain, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang merespons desakan KPAI itu justru akan tetap mendukung penuh program MBG ini.
"Mengalami kejadian yang belum sesuai yang kita harapkan, ya kita perbaiki, memperbaiki diri," kata Kepala BPOM Taruna Ikrar ketika ditemui di Jakarta, Senin (22/9/2025).
Ikrar menjelaskan, sebagai pembantu Presiden, lembaganya bertanggung jawab dalam program tersebut lewat pencegahan kejadian luar biasa seperti keracunan.
Cara paling gampangnya adalah dengan memastikan dapurnya dan proses distribusinya sesuai standar.
Menurutnya, kejadian luar biasa yang dialami anak-anak yang teracuni makanan MBG adalah pembelajaran agar memperbaiki semuanya agar lebih sesuai standar.
Oleh sebab itu, BPOM lewat balai dan loka di daerah bekerja sama dengan Badan Gizi Nasional untuk mencari tahu penyebab berbagai keracunan tersebut.
Sebelumnya, di media massa dikabarkan bahwa KPAI mendesak pemerintah untuk menghentikan sementara MBG guna evaluasi menyeluruh, menyusul sejumlah kasus keracunan massal.
Media-media asing bahkan memberitakan bahwa ada sebanyak 800 kasus keracunan terjadi dalam sepekan terakhir.
Kasus keracunan MBG terjadi di Kabupaten Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah. Kemudian, ada pula keracunan MBG di Garut dan Tasikmalaya, Jawa Barat, hingga Bau Bau, Sulawesi Tenggara.
BGN Hanya Minta Maaf
Badan Gizi Nasional (BGN) menyampaikan permohonan maaf atas insiden keamanan pangan yang diduga akibat konsumsi Makan Bergizi Gratis (MBG) di Banggai Kepulauan, Provinsi Sulawesi Tengah.
Sebagai bentuk tanggung jawab, BGN telah mengirimkan tim langsung ke lokasi terdampak sejak Jumat (19/9) untuk memastikan penanganan maksimal bagi seluruh korban keracunan MBG di wilayah tersebut.
Sebelumnya, Badan Gizi Nasional (BGN) meminta Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) terus memperkuat komunikasi guna menanggapi isu keamanan pangan dalam Program Makan Bergizi Gratis (MBG).
"Seiring meningkatnya perhatian publik terhadap isu pangan dan gizi, peran SPPG tidak lagi sebatas teknis. SPPG bukan hanya dapur pelayanan gizi, tetapi juga wajah BGN serta ujung tombak Program MBG di mata masyarakat. Apa yang dilakukan SPPG di lapangan, baik besar maupun kecil, akan ikut mempengaruhi bagaimana publik memandang program dan lembaga ini," ujar Kepala Biro Hukum dan Humas BGN Khairul Hidayati.
Tanggapan Istana
Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi menegaskan satuan pelayanan pemenuhan gizi (SPPG) yang lalai dalam menyiapkan Makan Bergizi Gratis (MBG) bakal diberikan sanksi.
Peringatan ini disampaikan setelah serangkaian kasus keracunan siswa akibat program andalan pemerintah tersebut.
“Harus (diberi sanksi). Sanksi kalau memang itu adalah faktor-faktor kesengajaan atau lalai dalam melaksanakan SOP, tentunya akan ada sanksi kepada SPPG yang dimaksud,” kata Prasetyo di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Jumat (19/9/2025).
Meski begitu, Mensesneg memastikan hukuman tidak akan menghentikan penyaluran makanan bergizi bagi penerima manfaat.
“Tetapi juga sanksi yang akan diterapkan jangan sampai kemudian itu mengganggu dari sisi operasional sehingga mengganggu penerima manfaat untuk tidak mendapatkan MBG,” sambungnya.
Prasetyo menegaskan, pemerintah tetap memandang MBG sebagai kebijakan terbaik untuk saat ini, meskipun masih ada suara yang mengusulkan agar bantuan diberikan dalam bentuk uang tunai.
“Konsep yang sekarang dijalankan BGN itu lah yang dianggap oleh pemerintah oleh BGN, itulah yang terbaik untuk saat ini dikerjakan. Bahwa masih ada catatan-catatan, ya betul kita akui, dan akan kita terus komunikasikan untuk terus kita perbaiki,” jelasnya. (rpi)
Load more