29 Pulau di Kepulauan Seribu Terancam Hilang, Peneliti BRIN Ungkap Bukti-bukti Mengejutkan
- istimewa - Tiket.com
Jakarta, tvOnenews.com - Pulau di Kepulauan Seribu Kembali menjadi sorotan publik. Pasalnya, Peneliti Pusat Riset Oseanografi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyebutkan 29 Pulau di Kepulauan Seribu terancam hilang.
Bahkan BRIN ungkap bukti-bukti terkait kepulauan tersebut yang mengejutkan publik.
Martiwi Diah Setiawati selaku Peneliti Pusat Riset Oseanografi BRIN mengungkapkan, potensi tenggelamnya Kepulauan Seribu. Hal itu disebabkan oleh berbagai faktor terutama perubahan iklim
"Kepulauan Seribu terancam tenggelam akibat perubahan iklim, kenaikan suhu, cuaca ekstrem, dan permukaan laut terus meninggi," jelasnya dalam tulisan yang diunggah Instagram @brin_indonesia, dikutip Jumat (19/9/2025).
Kepulauan ini terdiri dari 114 pulau kecil dan dihuni lebih dari 28 ribu jiwa.
Luas pulau-pulau tersebut berkisar antara 0,04 ha hingga 59,9 ha dengan luas rata-rata 8,7 ha. Martiwi menyebut pulau-pulau tersebut bisa saja tenggelam.
"Dalam skenario terburuk, 29 pulau bisa hilang," bebernya.
Air Laut Terus Naik
Kemudian dijelaskannya, Sebagian besar pulau di Kepulauan Seribu rata-rata memiliki tinggi 2,4 meter dari permukaan laut. Sementara suhu terus naik hingga 2,2 derajat celcius.
BRIN telah melakukan simulasi dampak kenaikan muka air laut (SLR). Martiwi dan tim memetakan kemungkinan dampak di sembilan pulau kecil.
Jika SLR setinggi 3 meter, semua pulau berpendudukan bisa tenggelam. Jika SLR setinggi 5 meter, maka 29 pulau bisa saja lenyap.
Selain itu, akan ada 16.500 jiwa yang terdampak. Nantinya pulau-pulau tersebut akan tergenang oleh air.
Walaupun tidak sampai tenggelam, tetapi semakin mengecilnya pulau bisa sebabkan berbagai masalah.
Bahkan kataya, ekosistem pesisir rusak dan timbulnya alih fungsi dari laut dangkal ke daratan.
Selain itu, kesehatan dan produktivitas warga akan memburuk. Ditambah risiko kematian akibat panas ekstrem.
Kemungkinan ini seharusnya bisa membuat masyarakat membuat antisipasi dari kemungkinan terburuk tersebut.
Lanjutnya menyampaikan, kemungkinan tersebut bukan berarti tidak bisa dicegah. Dengan mengetahui potensi tersebut, ia berharap masyarakat dan pemerintah bisa lebih tanggap dalam memikirkan solusi.
Menurutnya, potensi tersebut masih bisa dicegah dengan menanam mangrove di pesisir pantai dan memperkuat mitigasi dan adaptasi iklim. Selain itu, kebijakan berbasis data dan kesadaran publik jadi kunci.
"Kita butuh aksi nyata, mulai dari sistem peringatan dini hingga penanaman mangrove sebagai benteng alami. Penelitian ini diharapkan bisa memicu kolaborasi untuk melindungi masyarakat dan ekosistem pesisir," pungkasnya. (aag)
Load more