Puluhan Perempuan Tabur Bunga di Polda Metro, Desak Bebaskan Aktivis dan Demonstran
- Rika Pangesti/tvOnenews.com
Jakarta, tvOnenews.com - Puluhan perempuan yang tergabung dalam Aliansi Perempuan Indonesia menggelar aksi tabur bunga di depan Markas Polda Metro Jaya, Rabu (17/9).
Aksi simbolik itu digelar sebagai bentuk protes atas penangkapan sejumlah aktivis, pelajar, dan pejuang demokrasi yang hingga kini masih ditahan.
Di tangan mereka tergenggam bunga-bunga segar. Satu per satu bunga itu ditebarkan ke aspal panas, menyisakan jejak wangi sekaligus duka.
Aksi tabur bunga ini bukan sekadar ritual hening. Mereka datang sebagai perwakilan Aliansi Perempuan Indonesia, menyuarakan keresahan, menolak diam atas penangkapan sejumlah aktivis, pelajar, dan pejuang demokrasi.
- Rika Pangesti/tvOnenews.com
“Bunga ini simbol bahwa protes adalah hak. Aksi kawan-kawan kami bukan makar, bukan terorisme, melainkan bentuk kepedulian terhadap kerusakan, kemiskinan, dan kekerasan yang tidak pernah diusut tuntas,” ujar Mutiara Ika Putri, salah satu perwakilan aliansi.
Mutiara menjelaskan bahwa bunga yang ditaburkan menjadi simbol bahwa demonstrasi adalah hak rakyat, bukan bentuk makar maupun terorisme.
“Kami ingin menyampaikan bahwa aksi-aksi kemarin bukanlah makar atau terorisme. Seperti disampaikan Presiden Prabowo, protes itu adalah bentuk kepedulian warga negara terhadap kerusakan, kemiskinan, dan kekerasan yang tidak pernah diusut tuntas,” kata Mutiara.
Mutiara menuturkan, tuntutan mereka jelas: pembebasan tanpa syarat bagi semua tahanan politik dan demonstran, baik di Jakarta maupun di berbagai daerah lain. Ia juga menyinggung kondisi penahanan yang dinilai tidak manusiawi.
“Banyak yang tidak diberi akses alat tulis, tidak dijelaskan alasan penangkapan, bahkan dijenguk pun dibatasi. Padahal mereka adalah orang-orang yang harus kita hargai karena berani turun ke jalan,” tegas Mutiara.
“Ini sangat miris, karena kawan-kawan yang justru berani turun ke jalan untuk menyuarakan ketidakadilan malah diperlakukan dengan cara yang tidak manusiawi,” imbuhnya.
Ia menyebut beberapa nama yang kini masih ditahan, di antaranya Delpedro, Syahdan, serta dua perempuan berinisial FL dan G. Mereka kini masih mendekam di balik jeruji Polda Metro Jaya.
Selain itu, mereka juga menyoroti kondisi penahanan yang dianggap tidak manusiawi.
Tabur bunga menjadi bahasa simbolik: kelembutan yang dipertemukan dengan ketegasan tuntutan.
Aliansi Perempuan Indonesia ingin menegaskan bahwa perjuangan mereka sejalan dengan semangat reformasi kepolisian yang belakangan kembali digaungkan.
“Reformasi Polri tidak boleh hanya gimmick. Kalau serius, tunjukkan dengan membebaskan kawan-kawan yang ditangkap. Proses reformasi harus transparan, partisipatif, dan substantif,” lanjut Mutiara.
Usai menabur bunga, para perempuan itu berjanji melanjutkan langkah ke ruang tahanan. Mereka bersama koalisi masyarakat sipil akan menjenguk Delpedro, memastikan suara mereka sampai ke balik jeruji.
Bunga-bunga yang tercecer di depan Polda Metro Jaya siang itu menjadi penanda: protes bukan ancaman, melainkan cinta rakyat pada negeri yang mereka ingin selamatkan dari ketidakadilan. (rpi/muu)
Load more