Budiman Sudjatmiko Sebut Kerusuhan Demo 2025 Sebagai Catatan Unik dalam Sejarah Indonesia Modern
- tvOne - miftakhul erfan
Jakarta, tvOnenews.com – Kepala BP Taskin sekaligus mantan aktivis 1998, Budiman Sudjatmiko, menyebut kerusuhan dalam aksi demo 28-30 Agustus 2025 lalu sebagai peristiwa yang sangat unik. Menurutnya, ini adalah kerusuhan terbesar pertama dalam sejarah Indonesia modern yang berbeda dengan demonstrasi di era sebelumnya.
“Peristiwa demokrasi unjuk rasa yang berujung kerusuhan bukan hal unik di dunia, karena juga terjadi di negara lain. Tapi untuk Indonesia, ini adalah peristiwa kerusuhan unik terbesar pertama dalam sejarah modern,” ujar Budiman di acara talkshow di salah satu stasiun televisi, Selasa (2/9/2025)
Budiman membandingkan situasi saat ini dengan masa reformasi 1998 ketika dirinya aktif di gerakan mahasiswa. Kala itu, menurutnya, aksi-aksi demonstrasi jelas memiliki pemimpin, manifesto, visi-misi, hingga analisa politik, ekonomi, dan geopolitik. Ada struktur kepemimpinan yang membuat setiap gerakan memiliki pertanggungjawaban.
Berbeda dengan kondisi sekarang, ia menilai demonstrasi belakangan ini justru dikendalikan oleh algoritma. “Sekarang ini mungkin demonstrasi pertama di mana bukan cuma manusia yang bisa mengendalikan, tapi algoritma,” tegasnya.
Budiman menggambarkan bagaimana teknologi, media sosial, hingga platform digital mampu menggerakkan massa. Bahkan, menurutnya, seseorang di luar negeri bisa memengaruhi jalannya aksi dengan memanfaatkan algoritma sentimen sosial.
“Saya mungkin ada di Manila, saya bisa memerintahkan lewat YouTube, TikTok, Instagram, atau kanal lain untuk menyusun tuntutan yang bisa berubah tiap hari. Semua itu disebar dengan cepat sesuai algoritma sentimen pagi itu,” jelasnya.
Ia bahkan menyinggung keberadaan teknologi kecerdasan buatan (AI) seperti ChatGPT yang mampu membantu menyusun slogan-slogan tuntutan dengan menyesuaikan psikologi massa. “Saya bisa minta ChatGPT bikin tuntutan sesuai kondisi psikologi politik di Jakarta, Yogyakarta, Bandung pagi ini, untuk menggerakkan massa di malam hari,” kata Budiman.
Pernyataan Budiman ini menegaskan bahwa pola kerusuhan di Indonesia telah memasuki babak baru, di mana teknologi dan algoritma menjadi faktor penggerak utama, bukan lagi sekadar mobilisasi massa tradisional. (nsp)
Load more