Warga Transmigran di Puncak Jeringo Lombok Timur Menanti Kepastian Lahan dan Fasilitas Dasar
- tvOnenews.com/Rika Pangesti
“Kalau tidak ada air, bagaimana kami bisa bertani? Padahal mayoritas di sini hidup dari jagung dan tembakau,” kata Basri.
Infrastruktur jalan pun masih terbatas. Akses menuju desa cukup sulit, terlebih saat warga membutuhkan pertolongan darurat. Basri berharap pemerintah menyediakan mobil ambulans agar warga bisa lebih cepat mendapat layanan kesehatan.
“Kami punya puskesmas, punya polindes, tapi fasilitasnya minim. Bidannya ada, tapi peralatannya tidak lengkap. Kalau ada yang sakit parah, jarak ke kecamatan bisa lebih dari 10 kilometer,” jelasnya.
Meski hidup dengan keterbatasan, warga transmigran di Puncak Jeringo menyimpan banyak potensi. Anak-anak muda memiliki keterampilan di bidang perbengkelan, pertukangan, menjahit, hingga usaha kecil seperti pembuatan kerupuk. Namun, potensi itu belum mendapatkan dukungan optimal.
“Kami pernah diminta buat proposal oleh Kementerian Sosial, tapi sampai sekarang belum ada tindak lanjut. Harapan kami, ada program nyata untuk pengembangan UMKM di sini,” ungkap Basri.
Kendati penuh keluhan, Basri tetap menyampaikan rasa bangga dan syukur atas perhatian pemerintah. Baginya, kehadiran Menteri ke desa mereka menjadi secercah harapan.
“Bapak boleh ciptakan banyak program, tapi kalau tanah untuk kami bertani tidak ada, bagaimana kami bisa hidup? Kami hanya minta satu, hak kami tolong dipenuhi,” tutup Basri.
Selama 16 tahun, warga transmigran Puncak Jeringo telah belajar bertahan dengan segala keterbatasan. Kini, mereka menanti bukan sekadar janji, tetapi kepastian. Kepastian atas tanah, air, dan masa depan yang lebih layak di tanah yang sejak awal dijanjikan untuk mereka. (rpi/raa)
Load more