Untuk Kesejukan Bangsa Indonesia, Hati Tasikmalaya Berbisik dalam Lantunan Qulhu dan Sholawat
- istimewa
Tasikmalaya, tvOnenews.com - Di tengah badai yang menguji persatuan, ada sebuah bisikan dari Tasikmalaya. Bukan teriakan amarah, melainkan lantunan doa yang menyejukkan.
Pada Senin (1/9/2025), di Markas Polres Tasikmalaya, ratusan hati berkumpul dalam Istigasah dan Doa Bersama.
Mereka adalah para ulama, santri, masyarakat, dan komunitas ojek online, yang menyatukan tekad untuk membasuh luka-luka bangsa dengan air mata keikhlasan.
Acara yang diinisiasi oleh Kapolres Tasikmalaya, AKBP Haris Dinzah yang dihadiri oleh Bupati Tasikmalaya, Cecep Nurul Yakin, Wakil Bupati Tasikmalaya, Asep Sopari Al Ayubi, Dandim 0612, Kajari Kabupaten Tasikmalaya, Ketua PCNU Kabupaten Tasikmalaya KH Atam Rustam, para komunitas ojek online dan sejumlah ulama lainnya.
Hal ini adalah sebuah respons terhadap gejolak yang kian memuncak di mana-mana. Seakan mengerti bahwa kekuatan fisik tak selalu bisa meredakan amuk massa, mereka memilih jalan yang lebih spiritual. Mereka duduk bersama, bukan untuk saling menyalahkan, melainkan untuk merenung dan berdoa.
Suasana semakin mengharu-biru saat sholat gaib dilaksanakan untuk almarhum Affan Kurniawan, yang meninggal dunia secara tragis. Di sana, di antara deretan sajadah, terasa betul duka yang sama, rasa kehilangan yang mempersatukan.
Sholat gaib yang dipimpin oleh KH Atam Rustam, Ketua PCNU Kabupaten Tasikmalaya, menjadi pengingat bahwa di balik perbedaan, kita adalah satu keluarga besar yang berbagi duka dan suka.
Qulhu dan Shalawat: Tali yang Mengikat Kembali Persaudaraan
"Bangsa Indonesia saat ini sedang terluka, sakit dan terkoyak," demikian pesan KH Deni Ramdani Sagara, Khodimul Majelis Dzikir dan Sholawat Pesantren Cipasung, Senin (1/9/2025).
Bahkan, beliau menegaskan, gerakan "Tasikmalaya Ngaos Qulhu dan Sholawat Untuk Kesejukan Bangsa dan Negara Indonesia" ini bukan hanya ritual, melainkan sebuah ikrar tulus untuk merajut kembali benang-benang persaudaraan yang nyaris putus.
"Kita sering kali melihat perbedaan sebagai jurang pemisah, padahal ia adalah mozaik yang membuat Indonesia indah," jelasnya.
KH Deni Ramdani Sagara juga mengajak masyarakat Tasikmalaya untuk kembali pada ajaran Qulhu, Surah Al-Ikhlas, yang mengajarkan keikhlasan sejati.
Kepada para pemimpin, ia berpesan, "Izinkan hati ini lapang untuk menerima setiap nasehat, koreksi, dan bahkan caci maki. Ini adalah pengingat bahwa kritik, sekalipun pedas, adalah cambuk yang mengantar kita pada kemajuan. Di dalamnya tersembunyi harapan tulus dari rakyat yang ingin melihat negerinya bangkit."
Pesan ini, kata dia berlaku untuk semua. Bahkan ia menyebutkan, ketika semuanya mengikhlaskan hati untuk saling mendengarkan, gotong royong akan hadir dengan sendirinya.
"Kebaikan itu hadir saat kita saling mengulurkan tangan, saat kita bahu-membahu menata masa depan," katanya.
Gotong royong, jelasnya, bukanlah slogan kosong, melainkan tindakan nyata yang lahir dari keikhlasan untuk melihat Indonesia menjadi lebih baik.
Lanjutnya menjelaskan, melodi Kebhinekaan dari Tasikmalaya telah membuktikan bahwa doa dan dzikir memiliki kekuatan yang luar biasa.
Dari pantauan awak media, di tengah riuh rendahnya hiruk pikuk politik, mereka memilih jalan sunyi yang penuh makna.
Mereka meyakini, keindahan Indonesia terletak pada harmoni yang tercipta dari perbedaan, bukan keseragaman yang dipaksakan.
"Jangan biarkan perbedaan keyakinan, suku, atau pandangan politik merusak harmoni yang telah dibangun para pendahulu kita," pesan KH Deni Ramdani Sagara.
"Jadikanlah perbedaan itu sebagai melodi yang memperkaya, sebuah harmoni yang menyejukkan," tambahnya.
Selain itu, ia sampaikan, biarkanlah suara Qulhu dan shalawat menjadi pengikat. Semoga dari Tasikmalaya, sebuah inspirasi mengalir ke seluruh penjuru negeri, mengingatkan kita semua bahwa di balik gejolak, ada satu hati yang merindukan kedamaian dan persatuan.
"Doa adalah pelukan terhangat yang bisa kita berikan untuk Indonesia, agar negeri ini tetap utuh, damai, dan sejahtera selamanya," pungkas KH Deni Ramdani Sagara. (aag)
Load more