Untuk Kesejukan Bangsa Indonesia, Hati Tasikmalaya Berbisik dalam Lantunan Qulhu dan Sholawat
- istimewa
Kepada para pemimpin, ia berpesan, "Izinkan hati ini lapang untuk menerima setiap nasehat, koreksi, dan bahkan caci maki. Ini adalah pengingat bahwa kritik, sekalipun pedas, adalah cambuk yang mengantar kita pada kemajuan. Di dalamnya tersembunyi harapan tulus dari rakyat yang ingin melihat negerinya bangkit."
Pesan ini, kata dia berlaku untuk semua. Bahkan ia menyebutkan, ketika semuanya mengikhlaskan hati untuk saling mendengarkan, gotong royong akan hadir dengan sendirinya.
"Kebaikan itu hadir saat kita saling mengulurkan tangan, saat kita bahu-membahu menata masa depan," katanya.
Gotong royong, jelasnya, bukanlah slogan kosong, melainkan tindakan nyata yang lahir dari keikhlasan untuk melihat Indonesia menjadi lebih baik.
Lanjutnya menjelaskan, melodi Kebhinekaan dari Tasikmalaya telah membuktikan bahwa doa dan dzikir memiliki kekuatan yang luar biasa.
Dari pantauan awak media, di tengah riuh rendahnya hiruk pikuk politik, mereka memilih jalan sunyi yang penuh makna.
Mereka meyakini, keindahan Indonesia terletak pada harmoni yang tercipta dari perbedaan, bukan keseragaman yang dipaksakan.
"Jangan biarkan perbedaan keyakinan, suku, atau pandangan politik merusak harmoni yang telah dibangun para pendahulu kita," pesan KH Deni Ramdani Sagara.
"Jadikanlah perbedaan itu sebagai melodi yang memperkaya, sebuah harmoni yang menyejukkan," tambahnya.
Selain itu, ia sampaikan, biarkanlah suara Qulhu dan shalawat menjadi pengikat. Semoga dari Tasikmalaya, sebuah inspirasi mengalir ke seluruh penjuru negeri, mengingatkan kita semua bahwa di balik gejolak, ada satu hati yang merindukan kedamaian dan persatuan.
"Doa adalah pelukan terhangat yang bisa kita berikan untuk Indonesia, agar negeri ini tetap utuh, damai, dan sejahtera selamanya," pungkas KH Deni Ramdani Sagara. (aag)
Load more