Ibu Prada Lucky Ceritakan Detik-Detik Terakhir Sang Anak Sebelum Wafat, Akui Ada Aksi Pencambukan: Apa itu Wajar?
- YouTube
tvOnenews.com - Seorang prajurit TNI bernama Prada Lucky Chepril Saputra Namo tewas diduga akibat penganiayaan yang dilakukan oleh seniornya di Nagekeo, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Peristiwa tragis ini langsung menjadi sorotan publik, apalagi setelah pihak TNI menetapkan empat orang prajurit sebagai tersangka.
Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat (Kadispenad) Brigjen TNI Wahyu Yudhayana membenarkan penetapan tersangka tersebut.
“Saat ini dari sejumlah personel yang diperiksa, baik terduga pelaku maupun saksi-saksi, sementara oleh penyidik Pomdam IX/Udayana sudah ditetapkan 4 orang tersangka dan dilaksanakan penahanan di Subdenpom IX/1-1 di Ende,” ungkapnya kepada wartawan.
Namun, meski perkembangan kasus ini sudah disampaikan ke publik, keluarga korban ternyata belum mendapatkan pemberitahuan resmi secara langsung dari pihak terkait.
Ibu Prada Lucky, Sepriana Paulina Mirpey, mengaku belum menerima penjelasan detail mengenai penetapan tersangka tersebut.
“Mohon maaf, sampai sekarang kami pihak keluarga, terutama saya sebagai seorang ibu, belum ada penyampaian langsung kepada saya. Jadi saya juga belum tahu secara langsung dan jelas,” ujarnya, dilansir dari YouTube Kompas TV.
Sepriana mengisahkan bahwa komunikasi terakhir dengan anaknya mengungkapkan fakta mengejutkan.
Saat itu, Prada Lucky mengaku mendapatkan perlakuan kasar dari para senior.
Bahkan, ia menduga jumlah pelaku sebenarnya lebih banyak daripada empat orang yang telah ditetapkan sebagai tersangka.
“Saya itu kan tidak tahu, tapi kalau saya baca itu yang nama-nama itu sekitar 20 orang. Tetapi pelaku itu lebih dari 4 orang,” tegasnya.
Pernyataan yang paling menyayat hati datang ketika Sepriana menceritakan video call terakhir dengan anaknya.
Dalam percakapan tersebut, Prada Lucky mengungkapkan bahwa ia dicambuk oleh para seniornya.
Lebih menyedihkan lagi, tubuhnya penuh dengan luka-luka saat itu.
“Dia itu hanya menyampaikan waktu video call bahwa dia dicambuk sama senior-seniornya. Waktu saya video call dia di rumah mama angkatnya itu, badannya semua luka-luka. Apakah pantas seperti itu? Dan apakah wajar? Dari cara dia meninggal saja kita lihat semua luka-luka di sekujur tubuhnya. Apakah itu wajar? Itu sakit. Itu yang harus dipertanyakan,” kata Sepriana dengan nada getir.
Ia menegaskan, keluarganya hanya menginginkan kejelasan hukum dan keadilan.
Sebagai seorang ibu, Sepriana ingin kasus ini diselesaikan secara transparan dan adil.
“Jadi, kami minta kejelasan dari proses hukum ini. Buat kami keluarga korban, terutama saya seorang ibu, saya meminta keadilan. Saya membawa diri saya pribadi, saya tidak membawa siapa-siapa. Saya minta keadilan untuk diri saya dan juga anak saya yang sudah tiada,” tegasnya.
Saat ditanya sejak kapan sang anak mengalami perlakuan tersebut, Sepriana mengatakan bahwa Prada Lucky pernah bercerita soal “pembinaan” di lingkungan militer yang mewajibkan para junior menghafal nama-nama senior.
Jika gagal, mereka akan mendapat hukuman fisik.
“Kalau memang pembinaan-pembinaan itu sih, namanya kita di dalam institusi seperti itu memang kadang wajar. Dia bilang dia harus sering menghafal nama-nama senior,” jelasnya.
Namun, ia menggarisbawahi bahwa kekerasan yang dialami anaknya jelas sudah melampaui batas.
“Dia sering cerita, ‘Mama, kami harus hafal nama senior. Kalau tidak hafal berarti nanti ditampar.’ Nah, itu mungkin saya masih maklumi seperti itu. Tapi kalau sampai dicambuk terus seluruh tubuhnya penuh luka-luka, memar-memar seperti itu, apakah itu wajar?” ujarnya dengan penuh penekanan.
Kisah pilu ini memunculkan pertanyaan besar tentang batasan pembinaan dan kekerasan di lingkungan militer.
Bagi keluarga Prada Lucky, semua yang mereka harapkan saat ini hanyalah kebenaran dan keadilan bagi almarhum. (adk)
Load more