Target Produksi Minyak Belum Tercapai, Pengamat: Blok Rokan Penopang Lifting Minyak Nasional
- IST
Jakarta, tvOnenews.com - Genap empat tahun penuh Wilayah Kerja Migas Blok Rokan diambil alih pengelolaannya oleh PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) dari PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) pada 9 Agustus 2021 silam. Target produksi minyak Blok Rokan pada tahun 2025 adalah 225 ribu barel per hari (bph) sesuai harapan ketika Presiden Joko Widodo meninjau Blok Rokan pada 5 Januari 2023 silam.
Demikian diungkapkan Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI), Yusri Usman, Sabtu (9/8/2025) di Jakarta.
"Ini adalah suatu realitas yang menyedihkan akibat beban-beban salah strategi meningkatkan produksi yang membuat keekonomian WK Blok Rokan jadi tekor," ungkap Yusri.
Sebelumnya, lanjut Yusri, seperti dilansir salah satu media telah memberitakan beberapa Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) akan beralih skema kontrak dari Gross Split ke Cost Recovery untuk menyelamatkan diri dari berdarah-darahnya keuangannya. Termasuk PT PHR, salah satu anak usaha Subholding PT Pertamina Hulu Energi yang lagi menunggu persetujuan Pemerintah yang diwakili oleh Menteri ESDM.
PT Pertamina (Persero) melalui Subholding Upstream atau Pertamina Hulu Energi (PHE) memastikan upaya untuk meningkatkan produksi minyak di Blok Rokan terus dilakukan.
Pertamina Hulu Rokan (PHR) telah memiliki rencana jelas sehingga proyeksi produksi dalam lima tahun pertama sejak dikelola Pertamina produksi bisa meningkat lebih dari 50 ribuan barel per hari (BPH) dari posisi saat ini sekitar 160 ribu BPH.
Budiman Parhusip, Direktur Utama PHE menjelaskan dalam lima tahun pertama PHR di Blok Rokan kebutuhan dana untuk mengelola blok tersebut diperkirakan mencapai US$3 miliar yang diperuntukan untuk beberapa kegiatan seperti pemboran sumur baru, workover, optimasi waterflood, optimasi steamflood serta CEOR Area A.
Tahun 2021, PHR akan melakukan pengeboran 161 sumur Pengembangan (dari rencana awal 44 sumur). Kemudian pada tahun selanjutnya atau tahun 2022 PHR menargetkan total pengeboran sebanyak 500 sumur pengembangan dan dua sumur eksplorasi.
Pada tahun 2023 PHR menargetkan bisa membor 500 sumur pengembangan dan empat sumur eksplorasi. Kemudian pada 2024 perusahaan menargetkan total pengeboran 400 sumur pengembangan dan dua sumur eksplorasi.
Lalu, pada 2025 Pertamina menargetkan total pengeboran 400 sumur pengembangan dan tiga sumur eksplorasi. “Target kita di tahun 2025 produksi bisa naik menjadi sekitar 225 ribu BPH,” kata Budiman, di sela-se;a rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR RI, Rabu (29/9/2021).
Kata Yusri, jor-joran melakukan pemboran sekitar 1.600 sumur mulai saat transisi hingga saat ini dan kesalahan pemilihan tehnologi Enhanced Oil Recovery (EOR) telah menjadi biang kerok penyebab kegagalan untuk lapangan yang sudah mature yang tingkat penurunan produksinya secara alamiah cukup tinggi.
Setidak-tidaknya, kata Yusri, dibutuhkan biaya rata-rata sekitar USD 2,5 juta per sumur, mulai dari biaya persiapan lokasi dan infrastruktur serta sewa rig dan proses pemboran (lumpur bor dan cementing) serta pengelolaan limbah bor hingga pemasangan kepala sumur dan memasang pipa ke stasiun pengumpul minyak (gathering station). Jika 1.600 sumur, maka kocek PHR sudah sobek sebesar sekitar USD 4 miliar.
Yusri mengingatkan, Blok Rokan adalah salah satu tulang punggung Pertamina selain Blok Banyu Urip sebagai penopang lifting minyak nasional saat ini.
Oleh sebab itu, kata Yusri, Presiden Prabowo Subianto harus berhati-hati atas semua masukan dari pembantunya terkait peningkatan lifting migas untuk ketahanan energi nasional. "Jangan sampai kena prank," pungkas Yusri. (ebs)
Load more