Kementerian Transmigrasi Terjunkan 105 Peneliti untuk Telusuri Potensi Logam Tanah Jarang di Sulawesi Barat
- Istimewa
Jakarta, tvOnenews.com - Menteri Transmigrasi, Muhammad Iftitah Sulaiman Suryanagara mengatakan bahwa pihaknya akan menerjunkan sebanyak 105 peneliti dari berbagai universitas negeri ternama seperti ITB, UI, dan IPB untuk meneliti potensi logam tanah jarang (rare earth) di Provinsi Sulawesi Barat.
Hal ini disampaikan Menteri Iftitah dalam acara Pembukaan Retret Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat 2025 di Komando Resor Militer (Korem) 142 Tatag, Mamuju, pada Jumat (18/7/2025).
Dalam sambutannya, Iftitah menegaskan bahwa transmigrasi kini tidak lagi sekadar relokasi penduduk, tetapi fokus pada pengembangan kawasan ekonomi baru yang menciptakan lapangan kerja dan kesejahteraan.
"Hari ini transmigrasi berbeda dengan hari kemarin. Bukan hanya sekedar perpindahan penduduk. Kita ingin membuat satu kawasan ekonomi yang bisa menghasilkan pendapatan dan sekaligus juga kesejahteraan. Kesejahteraan dalam arti yang luas ada rasa aman, ada rasa damai, ada rasa tenang," ucap Iftitah.
"Transmigrasi hari ini harus berbasis potensi komoditas, peluang ekonomi, dan investasi yang dapat menghasilkan pendapatan serta rasa aman bagi masyarakat,” imbuhnya.
Iftitah menyoroti potensi Sulawesi Barat, seperti kakao, perikanan, peternakan, dan sawit, serta logam tanah jarang (rare earth) yang diyakini memiliki nilai strategis untuk industri teknologi, ruang angkasa, dan penerbangan.
"Yang sedang didalami penelitian kami yaitu adanya logam tanah jarang atau Rare Earth. Kami sedang mengendus potensi rare earth di Sulawesi Barat," ungkap Iftitah.
"Rare Earth ke depan itu akan menjadi salah satu hasil pertambangan yang paling dicari. Karena nanti diurai nya itu akan banyak manfaatnya baik untuk kebutuhan pesawat, ruang angkasa dan juga teknologi lainnya," jelasnya.
Untuk itu, Kementerian Transmigrasi akan menerjunkan sebanyak 105 peneliti yang dibagi menjadi 21 tim untuk mengkaji potensi tersebut.
"Kami Insya Allah tahun ini Itu akan mendatangkan di sini di Sulawesi Barat sekitar 105 orang peneliti, terdiri dari 21 tim dari Universitas ITB dari Perguruan Tinggi ITB, dari UI, dari IPB untuk meneliti potensi apa yang ada disini termasuk LTJ tadi Logam Tanah Jarang tadi," ungkap Iftitah.
Nantinya, 105 peneliti yang akan dikerahkan itu akan diberikan Beasiswa Patriot dari Kementerian Transmigrasi. Mereka akan tinggal di Kampus Patriot dan Mess Patriot.
Mereka ditugaskan untuk mengabdi kepada masyarakat, terutama menggali potensi komoditas ekspor di wilayah transmigrasi.
Kampus ini akan menawarkan beasiswa bagi ratusan mahasiswa dari perguruan tinggi terbaik di Indonesia untuk belajar dengan sistem hybrid, berinteraksi langsung dengan masyarakat setempat.
Jika memang hasilnya positif potensi logam tanah jarang, Iftitah menyebut, artinya potensi komoditas ekspor di Sulawesi Barat akan bertambah.
"Kalau misalkan ternyata rare earth ini betul-betul nyata ada di Sulawesi Barat, maka kita harus waspada. Waspada dalam arti menyambut masa depan yang lebih baik dengan cara meningkatkan kapasitas masyarakatnya," jelas Iftitah.
Dengan demikian, kata dia, pertumbuhan ekonomi di Indonesia akan melaju pesat.
"Yang diharapkan oleh Bapak Presiden adalah ketika pertumbuhan ekonominya naik lapangan kerja terbuka, Itu masyarakat sekitar terserap oleh industri. Sehingga kalau misalkan rakyat itu punya pekerjaan naka punya pendapatan, dengan punya pendapatan daya beli naik. Dengan daya beli naik, otomatis konsumsi naik. Dengan punya pendapatan bayar pajak, Otomatis government spending juga naik. Itulah rumus pertumbuhan ekonominya," beber Iftitah.
Terakhir, Iftitah mencontohkan keberhasilan Sulawesi Tengah yang mencatat pertumbuhan ekonomi dua digit berkat investasi pertambangan nikel.
Namun, ia menekankan bahwa pertumbuhan ekonomi harus diiringi dengan penyerapan tenaga kerja lokal untuk meningkatkan daya beli dan kesejahteraan masyarakat.
“Kami berharap dengan adanya Transmigran a hadir di Sulawesi Barat Itu juga akan meningkatkan kapasitas masyarakat," tandasnya. (rpi/raa)
Load more