Ulama dan Umara Bersatu, Jaga Keberagaman Menuju Indonesia Emas 2045
- Istimewa
Jakarta,tvOnenews.com - Menjaga keutuhan bangsa bukanlah tugas satu pihak, melainkan tanggung jawab kolektif seluruh elemen masyarakat. Dalam menghadapi berbagai tantangan global—dari konflik geopolitik, krisis iklim, hingga disrupsi teknologi—Indonesia membutuhkan sinergi yang kuat antara ulama dan umara.
Kolaborasi antara kekuatan moral dan kekuatan struktural menjadi pondasi penting untuk merawat nilai-nilai kebangsaan dan mengarahkan bangsa ini menuju visi Indonesia Emas 2045. Kekuatan spiritual dan kebijakan publik harus saling menguatkan, tidak berjalan sendiri-sendiri.
Dalam konteks keberagaman, nilai Bhinneka Tunggal Ika bukan sekadar semboyan. Ia adalah realitas dan kekuatan. Bangsa Indonesia tumbuh dan besar di tengah perbedaan agama, etnis, budaya, dan pandangan. Namun perbedaan itu bukan pemisah, melainkan perekat bila dikelola dengan rasa saling menghargai.
Di tengah segala perbedaan, penting untuk terus membangun persahabatan yang melintasi batas. Dialog, silaturahmi, dan keterbukaan menjadi jalan menuju harmoni. Karena dalam semangat kebersamaan, Indonesia akan mampu melewati tantangan zaman dan tampil sebagai bangsa besar yang beradab.
Semua kekuatan ini—nilai moral, semangat persatuan, dan kebijakan berpihak rakyat—akan menjadi modal utama untuk menyongsong Indonesia Emas 2045, sebagaimana ditekankan dalam amanah Presiden Prabowo Subianto.
Upaya membangun semangat tersebut tak hanya disuarakan dalam forum resmi, tetapi juga ditunjukkan langsung melalui langkah konkret para pemimpin nasional. Salah satunya tampak dalam kunjungan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo ke Pondok Pesantren Nurul Azhar, Pekanbaru, Sabtu (12/7/2025).
Kapolri dan UAS: Pertemuan Persaudaraan dalam Bingkai Kebangsaan
Dalam kegiatan bertajuk Sambang Petang, Kapolri bersilaturahmi langsung dengan pengasuh pesantren, Ustaz Abdul Somad (UAS), dan pemikir nasional Rocky Gerung. Suasana hangat dan penuh keakraban mewarnai pertemuan tersebut, yang sarat nilai persaudaraan dan refleksi moral kebangsaan.
Kapolri menyebut pertemuan itu sebagai takdir persaudaraan yang mempertegas pentingnya kolaborasi antara ulama dan umara. “Kami ingin dikritik, dikoreksi, karena kami ingin institusi ini terus membaik dan benar-benar dirasakan kehadirannya oleh masyarakat,” ujarnya.
Ia menegaskan pentingnya merawat keberagaman dan membangun persahabatan di tengah perbedaan. “Keberagaman yang disatukan dalam Bhinneka Tunggal Ika adalah kekuatan bangsa kita. Musuh satu terlalu banyak, tapi teman seribu masih kurang,” kata Jenderal Sigit.
Load more