Kolaborasi Pendidikan Antarbangsa Didorong Jadi Pilar Membangun Generasi Global
- Istimewa
Jakarta, tvOnenews.com – Dalam era globalisasi yang semakin dinamis, kolaborasi pendidikan lintas negara menjadi kebutuhan mendesak. Dunia pendidikan tinggi dihadapkan pada tuntutan untuk lebih terbuka terhadap pertukaran ilmu, budaya, dan gagasan demi menyiapkan generasi muda yang tangguh dan berdaya saing di tingkat internasional.
Berbagai forum akademik kini mulai menjadi ruang bersama untuk membahas tantangan global, berbagi pengalaman, serta menyusun langkah konkret dalam memperkuat sistem pendidikan yang inklusif. Kehadiran tokoh-tokoh pendidikan dari berbagai belahan dunia pun menjadi momentum untuk memperluas koneksi, memperdalam kolaborasi, dan mempererat hubungan antarinstitusi.
Kebutuhan akan kerja sama yang berkelanjutan tak lagi terbatas pada pertukaran mahasiswa semata. Kini, pengembangan program lintas negara juga mencakup pelatihan bersama, riset kolaboratif, hingga pertukaran tenaga pendidik antar kampus.
Langkah ini sejalan dengan semangat kemitraan global yang menekankan pentingnya kebersamaan dalam menjawab tantangan zaman. Pendidikan tidak bisa lagi berjalan secara lokal—ia harus melampaui batas geografis dan menyasar penciptaan ekosistem yang saling menguatkan.
Pertukaran budaya, teknologi, dan nilai-nilai peradaban menjadi bagian penting dalam membangun generasi yang adaptif dan terbuka. Institusi pendidikan berperan sebagai penghubung antarbangsa yang menjembatani pemahaman lintas budaya.
Menjawab tantangan itu, sebuah forum akademik internasional bertajuk “Empowering Youth, Advancing Civilization: China-Indonesia Cooperation in Education” baru-baru ini digelar di Aula Universitas Teknologi Bandung (UTB). Kegiatan tersebut dihadiri oleh Prof. Du Lin, Presiden Shandong Vocational and Technical University of International Studies (SWUT), yang datang langsung dari Rizhao, China, bersama para pimpinan dan dosen institusinya.
Delegasi dari China disambut hangat oleh Rektor UTB, Dr. Muchammad Naseer, S.Kom., M.T., beserta jajaran pimpinan universitas. Dalam sambutannya, Rektor UTB menekankan bahwa pendidikan tinggi saat ini harus mengedepankan kerja sama internasional untuk mencetak generasi yang kolaboratif dan siap bersaing secara global.
Sementara itu, Prof. Du Lin menggarisbawahi pentingnya menjadikan pendidikan sebagai kelanjutan dari sejarah panjang hubungan Indonesia dan China. Ia memperkenalkan SWUT sebagai kampus vokasi terkemuka dengan lebih dari 23.000 mahasiswa, 1.500 tenaga pengajar, serta jejaring internasional di lebih dari 100 institusi.
Lebih jauh, Prof. Du Lin menegaskan bahwa kolaborasi ideal tidak hanya diperuntukkan bagi mahasiswa, tetapi juga melibatkan dosen, dekan, dan rektor. Ia mendorong terciptanya pertukaran gagasan dan program baru antar akademisi untuk menciptakan kemitraan yang saling menguatkan.
Dalam kesempatan tersebut, ia juga menyampaikan kekagumannya terhadap atmosfer akademik di UTB, yang dinilainya memiliki semangat kemajuan dan potensi besar menjadi mitra strategis dalam pendidikan vokasional skala internasional.
Puncak acara ditandai dengan penandatanganan Student Exchange Agreement antara UTB dan SWUT. Kerja sama ini meliputi pertukaran mahasiswa dan dosen, kolaborasi riset, pengembangan program studi internasional, serta kegiatan pelatihan dan kebudayaan lintas negara—sebagai langkah awal menuju hubungan strategis jangka panjang antara kedua institusi. (nsp)
Load more