Tak Sekadar Garda Terdepan Kesehatan, Posyandu di Buleleng Jadi Pusat Pelayanan Dasar Masyarakat
- IST
Kadis Riang Pustaka juga menyinggung isu penting yang jarang dibahas tentang minimnya peran ayah dalam pengasuhan anak.
“Di Posyandu, hampir semua yang datang adalah ibu-ibu. Padahal, peran ayah sangat penting. Kita sering membicarakan stunting secara fisik, tetapi jarang membahas stunting secara emosional. Ketika ayah tidak terlibat, anak-anak kehilangan pondasi emosional yang kuat,” jelasnya.
Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, dilakukan pendekatan yang kreatif dan adaptif. Selain edukasi melalui media sosial dan tokoh hiburan (entertainer), DPPKBP3A juga memanfaatkan media tradisional seperti bondres, seni pertunjukan rakyat Bali yang dikemas dengan pesan edukatif.
“Kami turun langsung ke kampung-kampung keluarga berkualitas. Melalui pertunjukan dan dialog, kami ingin agar pesan tentang pentingnya gizi, kesehatan, dan peran keluarga tersampaikan secara menyenangkan dan mudah dicerna,” katanya.
Sosialisasi juga dilakukan di sembilan balai keluarga, dengan sasaran yang tersegmentasi seperti remaja, calon pengantin, ibu hamil, ibu balita, dan lansia.
Semua ini bagian dari upaya mewujudkan keluarga berkualitas sebagai benteng utama pencegahan stunting.
Dalam beberapa sesi edukasi, pihaknya menemukan masih banyak masyarakat yang belum memahami pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) yang benar. Masih ada yang memberi MPASI sebelum usia 6 bulan, bahkan sudah menambahkan garam dan gula.
“Ini kelihatannya sepele, tapi dampaknya luar biasa. Kesalahan pola makan di usia dini bisa menyebabkan penyakit kronis di usia 40-an, seperti diabetes, hipertensi, hingga kanker,” tegas Riang Pustaka.
Terakhir, Kepala Dinas DPPKBP3A ini mengajak seluruh orang tua, terutama para ayah, untuk aktif terlibat dalam mengawal tumbuh kembang anak melalui Posyandu. (ant/awy)
Load more