Tragis, Mahasiswa Unila Tewas Usai Diksar, Ibu Korban Beberkan Bukti Mencengangkan
- istimewa - istock photo
Jakarta, tvOnenews.com - Tragis, seorang mahasiswa Universitas Lampung (Unila), Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) tewas diduga usai mengalami kekerasan saat pendidikan dasar (diksar) Mahasiswa Ekonomi Pencinta Lingkungan (Mahepel).
Lebih ironisnya, sang ibu korban Wirna Wani (41) beberkan bukti mencengangkan. Sontak, kabar tersebut membuat warganet terkejut hingga menuaikan komentar.
Ibu korban bercerita, kekerasan itu diceritakan sendiri oleh putranya sebelum meninggal dunia.
Bahkan, menurut Wirna, korban mengalami penyiksaan selama 4 hari mengikuti diksar pada 14 - 17 November 2024.
Selain itu, dia katakan, para calon anggota yang mengikuti diksar mengalami kekerasan dari senior Mahepel.
Mulai dari ditendang, diinjak, hingga dipukul. Bukti penyiksaan itu berupa memar di sekujur tubuh korban dan sempat difoto oleh Wirna.
"Sempet cerita dada ditendang, perut juga diinjek-injek," cerita Wirna di Mapolda Lampung, Selasa (3/6/2025).
Cerita korban tidak hanya sampai di situ, kekejaman para senior Mahepel saat diksar pun hingga membuat kuku kaki almarhum copot.
"Sampai kukunya ini copot, saya kasih Betadine malamnya, kaki sebelah kiri. Dia enggak cerita siapa dan berapa orang yang melakukan," tutur Wirna.
Bentuk kekerasan lainnya dikatakan oleh kuasa hukum keluarga korban, Icen Amsterly. Menurutnya, korban disuruh minum cairan spiritus di lokasi diksar.
"Iya, korban disuruh minum cairan spiritus oleh senior-seniornya," kata Icen.
Fakta itu diketahui dari keterangan lima rekan korban yang mengikuti diksar calon anggota Mahepel FEB Unila pada November 2024.
Sementara itu, kuasa hukum Mahepel, Chandra Bangkit, mengatakan, tidak ada kekerasan dalam bentuk apa pun dalam pelaksanaan diksar di Kabupaten Pesawaran itu.
Menurutnya, korban meninggal dunia bukan karena kontak fisik.
"Jadi tidak ada yang namanya kekerasan dalam bentuk fisik, tapi kalau push up, sit up, squat jump itu memang ada, dan itu dilakukan sesuai prosedur," katanya.
Ia menuturkan, kegiatan diksar yang diselenggarakan Mahapel sudah sesuai prosedur dan sudah mendapat izin dari pihak kampus.
Terkait sejumlah luka yang dialami peserta, ia menuturkan, luka tersebut bukan dari penganiayaan atau tindakan kekerasan.
"Luka-luka seperti lebam itu timbul akibat benturan alami seperti terkena ranting pohon, atau saat merayap di medan yang berat," kata dia.
Chandra juga mengklarifikasi soal mahasiswa yang diminta minum spiritus.
"Memang insiden itu ada tapi kejadian tersebut adalah murni tidak sengaja, karena saat itu almarhum Pratama sempat mengambil botol yang dikira air minum, padahal itu adalah spiritus untuk memasak," katanya.
Namun, spiritus itu itu tidak sempat diminum dan tidak menimbulkan dampak kesehatan apa pun.
Puluhan Saksi Dipanggil Polda Lampung
Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Lampung bakal memanggil puluhan orang saksi untuk menyingkap kematian Pratama.
Direktur Ditreskrimum Polda Lampung Komisaris Besar (Kombes) Pahala Simanjuntak mengatakan keterangan saksi-saksi ini sangat diperlukan agar bisa mengetahui kronologi hingga penyebab kematian korban.
"Kita akan panggil sejumlah saksi, sedangkan untuk saat ini, yang sudah kita mintai keterangan adalah orangtua dari korban," kata Pahala.
Pahala merinci, saksi-saksi tersebut yaitu lima orang rekan korban yang menjadi peserta (calon anggota) diksar Mahepel pada 14 - 17 November 2025.
Kemudian, pihak rumah sakit pertama korban menjalani rawat inap pertama kali, serta dokter spesialis yang disebutkan oleh orangtua korban.
"Kita akan panggil juga dokternya, untuk mengetahui secara detail apakah benar ada pembekuan dan cairan di kepala korban," kata Pahala.
Dia menambahkan, penyidik juga akan memanggil pihak Mahepel, baik itu panitia kegiatan diksar maupun senior.
"Kita panggil untuk klarifikasi dugaan kekerasan yang dilakukan saat pelaksanaan diksar berlangsung," pungkasnya. (aag)
Load more