Jakarta, tvOnnews.com - Presiden Amerika Serikat membuat dunia tercengang dengan kebijakan unilateral negara tersebut menerapkan apa yang disebut dengan Reciprocal Tariffs.
Donald Trump merespon ekonomi nasional Amerika Serikat yang semakin memburuk terlebih ketidakmampuan optimal untuk membayar hutang luar negeri. Strategi mengenakan tariff kepada sejumlah negara tidak terkecuali Indonesia ini dianggap akan merecovery ekonomi nasional mereka.
Indonesia sendiri total dikenakan tariff 32 persen. Namun tentu saja akan dikembalikan kepada komoditi-komoditi spesifik untuk menentukan besaran tarifnya. Sikap masing-masing negara yang terdampak berbeda.
Tiongkok dan Kanada dengan cepat membuat kebijakan dengan menjatuhkan tariff balasan terhadap kebijakan Donald Trump. Namun Vietnam sebaliknya, menihilkan tariff agar terjadi sirkulasi Kerjasama dagang dan investasi yang mudah. Sementara Indonesia baru akan mengirimkan delegasi untuk melakukan negosiasi ulang dengan Donald Trump.
"Di satu sisi, ini adalah sebuah momentum bagi BRICS untuk menunjukan kepemimpinannya dalam menghadapi serangan unilateral Amerika Serikat kepada dunia. Anggota BRICS semestinya memiliki kesamaan sikap dalam merespon Reciprocal Tariffs ini," jelas Dosen Business Law BINUS University Dr. Muhammad Reza Syariffudin Zaki, Selasa (15/4/2025).
Menurutnya, jika ingin melunak kepada Amerika Serikat maka konsekuensinya akan meruntuhkan citra yang dibangun BRICS selama bertahun-tahun yang dianggap sebagai poros ekonomi dan geopolitik raksasa saat ini.
"Namun jika anggota BRICS bisa menekan Amerika Serikat untuk mengkaji ulang kebijakannya hingga menormalkan Kembali pada posisi netral, maka pengaruh BRICS akan semakin dipandang oleh negara-negara lainnya. Ini juga akan menjadi cara BRICS dalam memompa kepercayaan anggotanya dalam membangun banyak rencana ekonomi di masa depan," ucapnya. (ebs)
Load more