Menyikapi Potensi Pemulangan WNI Terafiliasi Konflik Suriah, Khususnya Perempuan dan Anak: Tantangan dan Solusi
- Istimewa
Jakarta, tvOnenews.com - Fenomena WNI terafiliasi konflik Suriah, terutama perempuan dan anak, telah menjadi tantangan global yang semakin kompleks akibat kerontokan ISIS dan potensi kebangkitan organisasi ini.
Untuk kembali bangkit, ISIS menggunakan propaganda di dunia online dan offline untuk merekrut sukarelawan dari berbagai negara, termasuk Indonesia, untuk bergabung di zona konflik seperti Suriah dan Irak.
Pimpinan Ruangobrol.id sekaligus penulis buku “Anak Negeri di Pusaran Konflik Suriah” Dr Noor Huda Ismail mengatakan, saat ini, ratusan WNI masih tertahan di kamp-kamp pengungsian di Suriah. Mereka kemungkinan kembali ke tanah air melalui repatriasi
pemerintah atau upaya mandiri.
- Istimewa
“Namun, kepulangan tanpa pengawasan berisiko meningkatkan ancaman keamanan di dalam
negeri. Selain itu, stigma yang melekat pada WNI terafiliasi konflik Suriah ini juga menjadi
tantangan dalam proses reintegrasi sosial,” ujar Huda di Jakarta, Kamis (27/2/2025).
Untuk mengatasi permasalahan ini, pendekatan holistik sangat diperlukan. Ruangobrol.id sebagai media komunitas mendorong konsep 5R, yakni repatriasi, rehabilitasi, relokasi, reintegrasi, dan resiliensi.
Tujuannya, untuk menciptakan proses yang lebih terstruktur dalam menangani returnis. Pendekatan ini juga mengarusutamakan gender agar strategi reintegrasi dapat berjalan lebih inklusif.
Program ini telah diperkenalkan kepada para pekerja sosial di berbagai kota di Indonesia, termasuk Bandung, Surakarta, dan Surabaya. Dengan melibatkan pemangku kepentingan seperti pemerintah pusat, pemerintah daerah, tokoh masyarakat, serta anggota keluarga, diharapkan solusi yang lebih komprehensif dapat diterapkan dalam menangani returnis WNI
yang terafiliasi dengan konflik Suriah.
Kolaborasi untuk Masa Depan yang Lebih Aman
Tantangan terbesar dalam repatriasi ini adalah membangun pemahaman bersama antara berbagai pihak terkait, mulai dari pemerintah hingga komunitas lokal.
Setiap individu yang kembali dari Suriah atau Irak memiliki latar belakang berbeda, sehingga pendekatan yang fleksibel sangat dibutuhkan. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran di kalangan pemangku kepentingan mengenai kompleksitas repatriasi dan integrasi sosial returnis.
Dengan demikian, pendekatan berbasis komunitas yang inklusif dapat membantu memastikan bahwa proses reintegrasi berjalan dengan baik dan aman bagi masyarakat Indonesia.
- Istimewa
Untuk mencapai tujuan tersebut, Ruangobrol meluncurkan 2 produk yang dapat digunakan sebagai alat dalam Komunikasi Strategis terkait isu penanganan WNI terafiliasi konflik Suriah yaitu buku “Anak Negeri di Pusaran Konflik Suriah” dan film “Road to Resilience” yang diluncurkan hari ini, Kamis (27/2/2025) di Ruang Auditorium Lt. 2 Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Pol Eddy Hartono mengatakan, karya ini menjadi bagian dari pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Ekstremisme Berbasis Kekerasan yang Mengarah pada Terorisme (RAN
PE).
“Khususnya dalam pengembangan Komunikasi Strategis Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Ekstremisme Berbasis Kekerasan (Komstra PE) yang lebih efektif dan terukur,” tutur Eddy.
Sekilas Tentang Ruangobrol
Ruangobrol adalah media komunitas yang lahir untuk menjadi ‘etalase’ bagi produk narasi alternatif yang dibuat oleh para credible voices. Kami meyakini, narasi dari para credible voices dapat lebih mempengaruhi publik dalam menumbuhkan kesadaran bersama akan pentingnya pencegahan paham ekstrimisme kekerasan.
Dalam perjalanannya, Ruangobrol pernah memenangkan “Intercultural Achievement Award” (IAA) 2021 sebagai media “Alternative Narrative From Credible Voices” dari Pemerintah Austria. Ruangobrol juga menjadi mitra dari Facebook dalam pencegahan penyebaran narasi ekstrimisme kekerasan.
Kami menggunakan berbagai platform komunikasi, termasuk film, buku, media sosial, dan
communication workshop di beberapa negara, antara lain: Indonesia, Singapura, Malaysia,
Filipina, dan Turki.
Tentang Buku “Anak Negeri di Pusaran Konflik Suriah”
Penulis buku, Dr. Noor Huda Ismail merefleksikan pengalaman pribadinya dalam proses repatriasi 18 orang Indonesia dari Suriah pada Agustus 2017, yang memperlihatkan bahwa kemanusiaan dan harapan masih menjadi inti dari setiap langkah.
Buku ini melampaui isu radikalisasi, menghadirkan perjalanan memahami manusia, konflik, dan harapan akan masa depan yang lebih baik. Pengalaman Dr. Noor Huda Ismail yang banyak bekerja dalam pengembangan narasi alternatif terhadap berbagai narasi kelompok ekstremisme kekerasan, memberikan perspektif yang sangat berharga mengenai kompleksitas masalah yang dihadapi.
Buku ini tidak hanya menawarkan narasi kemanusiaan yang mendalam, tetapi juga menyelami kompleksitas konflik dengan penuh empati, sekaligus menawarkan harapan bagi terciptanya masa depan yang lebih baik.
Tentang Film “Road To Resilience”
Film dokumenter ini mengisahkan perjalanan panjang Febri, seorang remaja Indonesia yang terjebak dalam janji-janji manis ISIS dan akhirnya menemukan jalan kembali ke tanah airnya. Film ini dimulai dengan pengenalan masalah yang lebih luas, mengangkat isu perang saudara di Suriah dan kebangkitan ISIS yang menarik ribuan orang dari seluruh dunia, termasuk
Indonesia.
Ketika Febri dan rombongannya akhirnya berhasil kembali ke Indonesia, mereka menghadapi kenyataan pahit berupa penolakan dan stigma dari masyarakat yang menganggap mereka sebagai pengkhianat. Selama satu bulan, mereka menjalani berbagai pelatihan dan interogasi dari BNPT dan Densus 88.
Meskipun begitu, Febri dan keluarganya tidak menyerah. Mereka memulai hidup baru di Depok, Jawa Barat, berusaha menata kembali kehidupan mereka dari
awal. Film ini mencapai puncaknya dengan momen-momen penuh haru dan kebahagiaan Ketika Febri berhasil menyelesaikan pendidikannya dan merayakan wisuda bersama kedua orang tuanya.
Setelah penat menyelesaikan skripsi, kebahagiaan Febri menjadi lengkap saat kedua orang tuanya hadir untuk merayakan pencapaiannya. Melalui perjalanan panjang dan berliku ini, "Road to Resilience" menyoroti keteguhan hati dan semangat tak kenal lelah seorang pemuda yang berusaha membangun kembali hidupnya, sambil mengatasi stigma dan tantangan besar dari masa lalunya.
Selain menyajikan cerita tentang perjuangan pribadi Febri, film ini juga menggambarkan upaya lebih besar untuk pemulihan dan reintegrasi eks-ISIS ke dalam masyarakat, dan mengajak penonton untuk merenungkan arti sebenarnya dari penebusan dan kesempatan kedua.(*)
Load more