Cerita Para Pemeran dan Kreator di Balik Layar The Most Beautiful Girl in the World
- Netflix
Robert menyampaikan pula apresiasi kepada para aktor yang terlibat dalam film ini, yang disebutnya sebagai salah satu daya tarik utama The Most Beautiful Girl in the World, antara lain Reza Rahadian dan Sheila Dara Aisha. “Saya sudah cukup lama menantikan komedi romantis bisa kembali mewarnai film Indonesia. Jadi daya tarik film ini antara lain adalah genre-nya itu sendiri serta presentasi film ini yang menurut saya sangat utuh, unik, punya value, dan punya kedalaman di setiap adegannya dan perjalanan ceritanya,” ujar Reza.
Sheila menyampaikan hal yang paling menggemaskan dari film ini, “Saya senang sekali melihat interaksi antara semua karakter, menambah dinamika yang menarik sekali di film, dan masing-masing karakter di film rasanya seperti fleshed out humans atau manusia yang utuh.”
Film dengan latar dunia televisi ini turut menampilkan deretan aktor seperti Jihane Almira Chedid, Dea Panendra, Bucek, Kevin Julio, dan Ira Wibowo. Mereka berbagi cerita mengenai pengalaman syuting yang dijalani.
“Saya harus bisa dipercaya sebagai teman Kiara dari SMA, tapi dari hari pertama reading saya sudah dibuat nyaman oleh Sheila dan mas Robert,” ujar Dea.
“Bisa dibilang karena saya lebih banyak akting dengan Sheila, kenangan favorit saya adalah saat adegan Sheila dan saya mengobrol di kos. Saya sambil makan martabak dan berhasil menendang-nendang badan Sheila, dia pun menerima dengan lapang dada,” lanjutnya sambil tertawa.
Jihane menambahkan bahwa Helen, karakter yang ia perankan, dinilainya memiliki kepribadian yang gemilang dan mampu mewakili generasi terkini. “Banyak yang mengidolakan orang-orang yang bisa memberdayakan perempuan atau menjadi pemimpin, serta punya passion dan dorongan yang tinggi. Nah, ini semua ada di Helen,” tuturnya.
Sebagai film komedi romantis, The Most Beautiful Girl in the World juga mengemas isu-isu serius seperti arti cinta, imaji perempuan, maupun makna kecantikan dalam dunia modern.
Robert Ronny mengutarakan, “Tuntutan media dan media sosial terhadap perempuan sangat tidak realistis, semua harus tampil sempurna setiap saat. Dalam budaya patriarki yang selalu ditekan adalah perempuan, sementara tidak ada tuntutan yang sama pada laki-laki. Saya mencoba mengangkat isu yang tampaknya berat tersebut dalam balutan komedi romantis. Semoga penonton tidak hanya bisa terhibur, namun juga dapat mendiskusikan hal tersebut.”
Load more